Merayakan Hari Sumpah Pemuda Bersama Museum Sumpah Pemuda, Dimeriahkan HiVi! dan Lainnya

- 27 Oktober 2020, 20:04 WIB
Diorama Kongres Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Diorama Kongres Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 /Lingkar Madiun/Museum Sumpah Pemuda

LINGKAR MADIUN – Menjelang peringatan 92 tahun Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober besok, Museum Sumpah Pemuda akan mengadakan acara kolaborasi dengan komunitas Rumah Millennials.

Acara yang akan diselenggarakan pada 28 Oktober 2020 pukul 07.00-12.00 WIB itu nantinya akan mengadakan upacara bendera dan pembukaan pameran tokoh Sumpah Pemuda “Sartono: Sang Pejuang Demokrasi”.

Baca Juga: Hari Ini! Shopee Gajian Sale Hadirkan Gratis Ongkir, Cashback 100%, dan Flash Sale 60RB!

Baca Juga: Kolaborasi Spesial Wanna One di Panggung KCON:TACT Season 2 Buat Wannable Terharu

Acara ini juga akan disiarkan secara langsung dari kanal Youtube Muspada, serta akun instagram resmi @museumsumpahpemuda dan @rumah.millenials.

Bukan hanya upacara bendera dan pameran tokoh saja, acara ini juga dimeriahkan oleh sederet pemuda-pemudi Indonesia seperti HiVi!, Dennis Adhiswara, Sanggar “SVADARA”, Jakarta Youth Choir, dan ZOFCoustic.

Acara ini juga akan dihadiri oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud RI, Fitra Arda dan Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru, Ahmad Mahendra serta dipandu oleh pembawa acara Bayu Adhitama.

Museum yang baru saja dibuka kembali setelah adanya pandemi Covid 19 ini merupakan museum sejarah kemerdekaan Indonesia yang terletak di Jalan Kramat Raya No. 109, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Dianggap Menjiplak Video Musik IU, Via Valen Diminta Hapus Video Musik Terbarunya

Baca Juga: Nino RAN Kenang Kembali Pesan dari Mendiang Sang Ayah

Museum yang berada dibawah naungan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Republik Indonesia ini kembali dibuka untuk umum mulai dari Selasa-Jumat pukul 09.00 – 15.00  dan pada hari Sabtu-Minggu pukul 09.00 – 14.00 WIB.

Tentang Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda adalah suatu ikrar pemuda-pemudi Indonesia yang mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar tersebut merupakan hasil putusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II yang digelar pada 27-28 Oktober 1928. Kongres ini digagas oleh Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan dihadiri oleh organisasi pemuda, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Pemoeda Indonesia, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Sekar Rukun, Jong Ambon, dan Pemuda Kaum Betawi.

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda.

Poster acara peringatan 92 Tahun Sumpah Pemuda di Museum Sumpah Pemuda
Poster acara peringatan 92 Tahun Sumpah Pemuda di Museum Sumpah Pemuda Museum Sumpah Pemuda

RAPAT PERTAMA, GEDUNG KATHOLIEKE JONGENLINGEN BOND

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Baca Juga: 5 Cara Efektif Untuk Menenangkan Hati dan Pikiran, Simak Ulasan Berikut Ini

RAPAT KEDUA, GEDUNG OOST-JAVA BIOSCOOP

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Baca Juga: Dian Sastro Ceritakan Bagaimana Awal Mula Dia Terjun di Panggung Hiburan

RAPAT KETIGA, GEDUNG INDONESISCHE CLUBHUIS KRAMAT

Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, berbunyi :

Pertama, Kami Putra-Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia

Kedua, Kami Putra-Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga, Kami Putra-Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Museum Sumpah Pemuda Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x