Jatim Diguyur Hujan Saat Musim Kemarau, BMKG Juanda Jelaskan Faktor Penyebabnya

25 Juni 2021, 13:08 WIB
Ilustrasi hujan,BMKG Juanda jelaskan faktor penyebab hujan di musim kemarau /Unsplash/Erik Witsoe

 

LINGKAR MADIUN - Cuaca akhir-akhir ini sulit sekali diprediksi.  Ini terlihat dari adanya fenomena hujan yang hampir setiap hari mengguyur wilayah Jawa Timur dan mungkin juga di wilayah lainnya, padahal saat ini sudah memasuki Juni 2021.

Perlu diketahui, sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau di wilayah Indonesia akan terjadi mulai bulan Juni hingga Oktober 2021.

Baca Juga: Usai Laga Portugal Vs Jerman, Toni Kroos Reuni dengan Ronaldo Bersama Pepe dan Ungkap Perbincangannya

 

Lantas apa yang menyebabkan turunnya hujan di musim kemarau? 

Menjawab keheranan publik tentang fenomena musim kemarau 'basah', BMKG Juanda merilis beberapa faktor penyebab kondisi tersebut pada instagram resminya @infobmkgjuanda. 

Dalam penjelasannya dikatakan berdasarkan monitoring 2021 pada update dasarian 2 Juni 2021, dismpaikan bahwa sejak dasarian 3 April 2021, BMKG menemukan tanda bahwa Jawa Timur sebenarnya sudah memasuki musim kemarau.

Hanya saja pada pekan ini yakni selama bulan Juni 2021 terjadi sejumlah fenomena atmosfer laut yang saling berasosiasi secara signifikan.Inilah yang menyebabkan peningkatan curah hujan.

Baca Juga: Hasil Pantauan NASA dari Peta Luar Angkasa , Polusi di Cina Berhasil Menyusut Setelah Lockdown

Menurut BMKG Juanda,  ada 3 fenomena atmosfer laut yang memicu meningkatnya curah hujan di musim kemarau ini, di antaranya sebagai berikut:

1.Menghangatnya suhu permukaan laut lokal di wilayah laut selatan Jawa-Nusa Tenggara yang berkontribusi pada peningkatan uap air di atmosfer.

Baca Juga: Ibu Hamil Wajib Tahu, 6 Alasan Penting Perlunya Ngidam Mangga! Ada Manfaat Tak Terduga

2.Siklus gelombang MJO fase basah dan Gelombang Ekuatorial Rossby menunjukkan adanya  aliran massa pemicu hujan di wilayah Jawa Timur.

  • MJO atau Madden Julian Oscillation merupakan aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.

3.Terjadinya pemusatan awan konvektif

  • Kondisi ketiga ini disebabkan karena menghangatnya suhu permukaan laut di perairan barat Sumatra (indek dipole mode negatif) yang memicu munculnya pusat tekanan rendah di perairan dekat Sumatra-Jawa dan mengakibatkan terbentuknya awan. 

Baca Juga: Bersatu Menghentikan Wabah Covid-19, Presiden Jokowi Putuskan Mempertajam Penerapan PPKM Mikro Kembali

 

Dari 3 fenomena itulah Jawa Timur bisa diguyur hujan saat ini. 

Terakhir BMKG Juanda memprediksi fenomena ini tidak akan berlangsung lama,  sebab kondisi akan segera kembali normal pada bulan Juli 2021.

"Seiring meluruhnya MJO dan gelombang rossby diperkirakan awal Juli akan kembali kering," tulis BMKG. 

Nantinya BMKG akan kembali mengupdate informasi terkait anomali musim kemarau.***

 

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika

Tags

Terkini

Terpopuler