Bikin Ngeri! Temuan Para Peneliti: Mutasi Baru Virus Corona Pandai Beradabtasi Menerobos Masker.

25 September 2020, 16:10 WIB
ilustrasi virus Corona /Pikiran-rakyat.com

Lingkar Madiun- Mendunianya pandemi virus Corona yang tak kunjung berakhir membuat para ahli tak berhenti melakukan penelitian terhadap Covid-19 hingga menemukan vaksin yang tepat.

Dalam perjalanan pencarian vaksin, para ahli menemukan mutasi baru pada virus Corona. Mereka mengungkapkan, virus Corona kini lebih mematikan dan menular bahkan bisa beradaptasi untuk menerobos hambatan seperti masker wajah.

Selama masa pandemi, pemerintah dan para penasihat ilmiah telah memberi tahu orang-orang untuk mengikuti aturan protokol kesehatan, jarak sosial dan memakai masker yang aman.

Baca Juga: Resmi! Kemendikbud Turunkan Bantuan Kuota Belajar 20 GB Hingga 50 GB. Ada Penyiapan Data Awal.

Protokol kesehatan dilakukan sebagai upaya untuk menekan penyebaran virus Corona diberbagai negara.

Namun, seorang ahli virus telah mengklaim bahwa virus tersebut dapat beradaptasi untuk menemukan cara untuk 'mengatasi hambatan tersebut'.

David Morens, yang bekerja di National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) mengatakan, virus semakin mudah menular.

Baca Juga: Kena Tegur Luhut Pandjaitan! Najwa Shihab: Tugas Kemanusiaan Harus Dilakukan oleh Pemerintah

"Mengenakan masker, mencuci tangan, semua itu adalah penghalang penularan, atau penularan, tetapi karena virus menjadi lebih menular, secara statistik lebih baik untuk mengatasi hambatan itu," ungkapnya.

Penemuan itu terjadi ketika para ahli di Houston, Texas mengurutkan genom virus sejak dimulainya pandemi di Bara pada Maret lalu.

Studi mereka mengklaim salah satu mutasi yang paling dominan di AS, menyumbang 99,9 persen dari semua kasus di wilayah Houston.

Baca Juga: Ternyata Ini, Ramalan Keuangan Berdasarkan Zodiak Jumat, 25 September 2020, Cancer Mungkin Anjlok

Mereka mengklaim mutasi mampu mengubah struktur 'protein lonjakan' yang dapat membantu penyebaran strain itu.

Para ahli mengatakan ini membantu virus untuk melekat pada sel yang terinfeksi dan pada gilirannya meningkatkan kemampuannya yang bermutasi untuk menginfeksi sel.

Menurut para ahli dari University of Chicago dan University of Texas Austin, strain D614G sekarang lebih unggul daripada pesaingnya.

Baca Juga: Layanan Mandiri Online Eror, Netizen Heboh! Begini Penjelasannya

Penelitian mereka, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, menemukan orang dengan jenis yang terinfeksi memiliki viral load yang lebih tinggi di saluran pernapasan mereka yang memungkinkan virus menyebar.

Namun, meski dominan, para ahli mengatakan itu tidak berarti strain ini lebih mematikan.

Para ahli menambahkan, tingkat keparahan penyakit, terkait lebih dekat dengan kondisi kesehatan yang mendasari pasien.

Baca Juga: Terpilih Jadi Tuan Rumah Pertemuan APEC-TWG Tahun 2022, Momentum Pariwisata Indonesia Bangkit Lagi

AS adalah negara yang paling parah terkena dampak setelah wabah virus dan telah melihat lebih dari 7.000.000 kasus penyakit yang dikonfirmasi.

Jumlah korban tewas telah melampaui 200.000.

Kabar mengerikan ini datang hanya beberapa jam setelah peneliti di Jepang mengklaim masker wajah plastik (Face Shield) tidak sepenuhnya melindungi orang dari ancaman virus.

Baca Juga: Kurasi Cemilokal: Solusi Pemasaran Oleh-oleh Khas di Masa Pandemi Covid-19 ke Seluruh Indonesia

Para ahli dan profesional kesehatan telah merekomendasikan penggunaan pelindung ini bersama dengan masker wajah sebagai perlindungan.

Sebuah simulasi komputer mengungkapkan hampir 100 persen tetesan udara yang berukuran lebih kecil dari lima mikrometer dapat keluar melalui pelindung plastik saat berbicara dan bernapas.Dikhawatirkan, separuh dari tetesan yang lebih besar yang dikeluarkan oleh batuk dan bersin juga dapat keluar ke udara, menimbulkan risiko bagi orang lain dan berpotensi menyebarkan virus.

Ini berarti hanya memakai pelindung wajah tidak akan menawarkan perlindungan vital dari virus Corona.

Baca Juga: Terkuak! Jasad Rinaldi Korban Pembunuhan di Apartemen Kalibata City Sempat di Simpan Dalam Kulkas

Dilansir dari laman Express, Makoto Tsubokura, ketua tim penelitian yang dilakukan oleh Riken Center di Jepang, dari hasil simulasi efektivitas penggunaan pelindung wajah terbatas.

"Hal ini terutama berlaku untuk tetesan kecil dengan jarak kurang dari 20 mikrometer. Pada saat yang sama, entah bagaimana cara ini bekerja untuk tetesan yang lebih besar dari 50 mikrometer," ungkapnya.***

 

Editor: Ika Sholekhah Putri

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler