Pemerintah Akui Resesi, Berikut Penjelasannya

- 2 Oktober 2020, 14:38 WIB
ILUSTRASI Resesi.*
ILUSTRASI Resesi.* /pikiran-rakyat

Lingkar Madiun - Meski Pemerintah mengakui bahwa akhirnya ekonomi Indonesia mengalami resesi tahun ini, namun pemerintahpun cukup optimis jika resesi Indonesia tidak akan parah seperti negara-negara yang lain.

Febrio Kacaribu selaku Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan resesi sudah terjadi sejak awal kuartal I / 2020.

Dari biasanya Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berada di kisaran 5 persen, turun menjadi 2.97 persen pada kuartal I / 2020, artinya Ekonomi Indonesia saat itu sudah mengalami penurunan. 

Dilanjutkan, penurunan terus berlanjut ke kuartal II yang realisasinya minus 5.32 persen.

Baca Juga: Foto Wapres Disandingkan Dengan Kakek Sugiono, Akhirnya Pelaku Ditangkap

Baca Juga: Penemuan Lubang Buaya Dan Pohon Pisang Yang Mencurigakan, Berikut Kesaksian Soekitman

"Sudah jelas resesi, tetapi dalam penilaian resesi ini penting untuk melakukan perbandingan yang adil," kata Febrio dalam pengarahan media virtual dengan BKF, Kamis (1/10/2020), melalui penelusuran Tim Lingkar Madiun dari RRI.

Ia mengungkapkan, bahwa perlambatan aktivitas ekonomi menjadi ciri-ciri kejadian resesi. Tahun 2020, Febrio memperkirakan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi dalam kisaran minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen.

Kita lihat di kuartal pertama sudah turun, kita belum bisa katakan resesi karena belum tahu berapa lama. Sekarang, kita melihat kuartal kedua melemah, kuartal ketiga melemah. Kuartal pertama, sudah terjadi perlambatan dan ini berkelanjutan, "paparnya.

Baca Juga: Ternyata Batik Pertama Berasal dari Toraja Bukan Jawa

Baca Juga: PSBB Jilid II, Industri Manufaktur Kembali Tertekan

Lebih lanjut Febrio menjelaskan, beberapa negara mempunyai catatan resesi yang lebih parah dari Indonesia. Kemudian, Contohnya negara India yang tercatat minus 24 persen.

Maka demikian, meksipun Indonesia mengalami resesi, memandangnya harus dengan cara perpektif yang luas. Terlebih lagi, jika ekonomi Indonesia hanya minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen.

Baca Juga: Industri Kopi Tanah Air Masih Sangat Menjanjikan, Simak Transformasi Kopi Dunia.

Tentunya, kondisi ini jauh lebih baik dengan kondisi perekonomian negara-negara lainnya.

"Ini adalah masalah yang sangat berat. Tetapi kita juga harus melakukan penargetan dan tetap berhati-hati," pungkasnya. ***

 

Editor: Yoga Pratama Widiyanto

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah