Menguak Ramalan Jayabaya Tentang Ekonomi Nusantara Mendekati Nyata, Datangnya Wolak-waliking Jaman

22 Desember 2020, 16:29 WIB
Prabu Jayabaya, Raja Kediri //Instagram.com/@realhistoryuncovered

LINGKAR MADIUN- Bait-bait Ramalan Jayabaya, khususnya yang ditulis ulang oleh R.Ng. Ranggawarsita, sarat dengan pertanda datangnya situasi chaos (kekacauan multidimensi), yang sudah kita rasakan dewasa ini.

Situasi ketidakberesan pada era Orde Baru, sebetulnya sudah dijelaskan melalui ungkapan: nonton ludruk ora kena ngguyu. Arti harfiahnya, menyaksikan pertunjukkan ludruk yang lucu tetapi tak boleh tertawa.

Saat situasi serba represif, perilaku individu begitu didekte, bahkan tertawa pun diatur, ungkapan diatas cukup relevan untuk menggambarkan keterpasungan rakyat di era Orde Baru yang berlangsung selama 32 tahun.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya Korupsi di Indonesia Bagaikan Maling Lungguh Wetenge Mblenduk

Baca Juga: Bunyi Ramalan Jayabaya Tentang Partai Politik yang Ingkar Janji di Indonesia

Ramalan mengenai kondisi perekonomian Nusantara pun juga dituliskan melalui ungkapan: Saiki celengan wesi, mengko celengan gaib.

Perlambang ini sungguh tepat untuk melukiskan betapa orang di zaman sekarang tidak bisa lagi Cuma mengandalkan “celengan besi” (brankas atau safety deposit box).

Semua bisa dicuri dalam waktu sekejap oleh maling-maling pintar yang jumlahnya semakin banyak saja.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya Korupsi di Indonesia Bagaikan Maling Lungguh Wetenge Mblenduk

Baca Juga: Bunyi Ramalan Jayabaya Tentang Partai Politik yang Ingkar Janji di Indonesia

Pada waktu krisis ekonomi melanda Indonesia, banyak orang kehilangan kekayaan tanpa dia sadari. Deposito rupiahnya menyusut drastis karena kurs dolar melonjak atau inflasi tinggi.

Lantas apa makna implisit celengan gaib? Agaknya ungkapan itu mengacu pada simpanan berbentuk valuta asing (dolar). Simpanan itu memang gaib karena bisa berlipat ganda nilainya dalam sekejap.

Situasi tinggginya inflasi dan suku bunga, juga telah diramalkan jauh sebelumnya. Disebutkan bahwa: Akeh wong nyambut gawe tanpa opah. Bayaran pegawai negeri dan swasta habis nilainya akibat digerogoti inflasi.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya Korupsi di Indonesia Bagaikan Maling Lungguh Wetenge Mblenduk

Baca Juga: Bunyi Ramalan Jayabaya Tentang Partai Politik yang Ingkar Janji di Indonesia

Justru mereka yang menganggur namun memiliki simpanan deposito dalam jumlah yang besar, bisa ongkang-ongkang kaki sambil menikmati rejeki tanpa bekerja sedikitpun. Hal ini merupakan salah satu bukti datangnya wolak-waliking jaman.

Bait lain ada yang berbunyi: Landa Cina keblubuk, barang kadung musna. Apa artinya? Secara harafiah, ungkapan tersebut berarti: Belanda Cina terperosok alias terperangkap, dan barangnya sudah terlanjur hilang dan musnah.

Ungkapan tersebut dapat ditangkap dengan mudah, bahwa banyak orang etnis Cina (Landa atau negeri Barat) yang terperangkap dalam situasi kacau di Indonesia.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya Korupsi di Indonesia Bagaikan Maling Lungguh Wetenge Mblenduk

Baca Juga: Bunyi Ramalan Jayabaya Tentang Partai Politik yang Ingkar Janji di Indonesia

Etnis Cina menderita akibat kerusuhan massal yang meletus di berbagai tempat. Mereka juga selalu menjadi objek penjarahan.

Sementara itu, negeri Barat berpotensi untuk kehilangan harta bendanya. Kalau saja krisis tidak akan berakhir dan Indonesia terjatuh di lembah krisis yang lebih dalam sehingga mengundang munculnya rezim fasis.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya Korupsi di Indonesia Bagaikan Maling Lungguh Wetenge Mblenduk

Baca Juga: Bunyi Ramalan Jayabaya Tentang Partai Politik yang Ingkar Janji di Indonesia

Raturan miliar utang luar negeri bisa hangus seketika. Padahal sebagian besar utang tersebut datang dari bank-bank di negara Barat.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Buku Menguak Rahasia Ramalan Jayabaya

Tags

Terkini

Terpopuler