LINGKAR MADIUN - Pada zaman kerajaan Majapahit, Bhineka Tunggal Ika sudah diterapkan dengan wujus kerukuman antara umat beragama Syiwa dan Budha. Hal ini dijelaskan oleh Mpu Tantular dalam kitabnya pada masa kepemimpinan Hayam Wuruk.
Hingga Orde lama Bhineka Tunggal Ika masih utuh dikumandangkan. Namun, pada zaman Orde baru, lambang negara kita seolah dicengkeram burung Garuda.
Kita semua mengetahui, pada zaman orde baru persatuan dan kesatuan yang di kultuskan rezim ini memang terkesan melewati batas, kita dituntut untuk berpikir seragam dalam urusan politik.
Baca Juga: Geger Mensos Ditangkap KPK, Banyak Netizen Murka
Baca Juga: Begini Tanggapan Sukarno Tentang Ramalan Jayabaya Ratu Adil
Baca Juga: Benarkah ada Ramuan Herbal Penyembuh Tumor dalam Waktu 24 Jam?, Cek Faktanya di Sini
Karena ketegangan inilah banyak keributan muncul dengan penyelesaian yang tidak mudah. Disisi lain alam pun murka dengan segala bencana yang menyerang Indonesia akibat ulah dari segelintir orang-orang berkepentingan.
Hingga pada akhirnya mengancam Bhineka Tunggal Ika. Seperti yang tertulis dalam ramalan jayabaya pada abad 11 Masehi berikut ini,
Akeh bapa lali anak, Akeh anak wani nglawan ibu, Nantang bapa, Sedulur padha cidra, Kulawarga padha curiga, Kanca dadi mungsuh, Akeh manungsa lali asale (Dikutip dari kumpulan ramalan jayabaya)