Perubahan kondisi kesehatan Kartini terjadi begitu mendadak, dengan rasa sakit yang sangat luar biasa di bagian perut. Setengah jam kemudian, dokter pun tidak bisa menolong nyawa Kartini.
Kematian mendadak Kartini pun memunculkan desas-desus terkait penyebab kematiannya. Ada yang menyebut pembunuhan hingga keracunan, kabar tersebut santer beredar di lingkup kabupaten.
Baca Juga: Mekanisme Penyaluran Bansos Selama Dua Tahap, Penerima Bansos Wajib Tahu!
Keponakan kesayangan Kartini, Soetijoso Tjondronegoro pun mendengar kabar tersebut dan memberikan tanggapan.
“Bahwa ibu Kartini sesudah melahirkan putranya, wafatnya banyak didesas-desuskan, itu mungkin karena intrik dalam Kabupaten. Tetapi desas-desus itu tidak dapat dibuktikan. Dan kami dari pihak keluarga juga tidak mencari-cari ke arah itu, melainkan menerima keadaan sebagaimana faktanya dan sesudah dikehendaki oleh Yang Maha Kuasa,” ungkapnya.
Baca Juga: Gusi Berdarah? Dokter Sebut Pertanda Buruk Terkait Kekurangan Vitamin Ini, Jangan Diabaikan
Lantas, adakah kematian Kartini diselimuti kegelapan?
Munculnya berbagai dugaan terkait penyebab kematian Kartini dikarenakan surat Kartini di bagian akhir yang ia tulis kepada Rosa Abendanon pada 7 September mengungkapkan, ketika Kartini menerima hadiah pakaian bayi, ia menulis: “Pada waktu kemarin kami menerima hadiah ibu, suami saya mengatakan: ‘Tulislah surat sefera kepada ibu, jangan-jangan nanti terlambat’.”
Membaca dari potongan surat tersebut, mengapa Kartini yang sedang hamil tua saat itu dipaksa untuk menulis surat segera? Apakah maksud dengan kata terlambat?