Turki Buat Pernyataan Siap Menjadi Penengah Bagi Rusia dan Ukraina untuk Bernegosiasi, Benarkah?

14 April 2022, 11:35 WIB
Inilah hasil dialog negosiasi antara Moskow dan Kyiv dalam mencapai perdamaian untuk mengehntikan invansi Rusia ke Ukraina. /Instagram/@leadervladimirputin | Instagram/@zelenskiy_official/

 

LINGKAR MADIUN - Turki mengatakan Rusia dan Ukraina membuat kemajuan dalam negosiasi mereka untuk menghentikan perang dan kedua belah pihak mendekati kesepakatan.

Hal tersebut terjadi pada bulan Maret 2022, yang lalu.

Pasukan Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari dengan Presiden Vladimir Putin menyebut tindakan negaranya sebagai operasi khusus.

Invasi yang dimaksudkan untuk mendemiliterisasi Ukraina dan membersihkannya dari apa yang dilihatnya sebagai nasionalis berbahaya.

Baca Juga: Selain Idul Fitri, Diskominfo Magetan Berikan Informasi Hari Libur Panjang di Sepanjang Tahun 2022

Ukraina dan Barat mengatakan Putin melancarkan perang pilihan yang agresif.

“Tentu saja, bukan hal yang mudah untuk berdamai saat perang sedang berlangsung, sementara warga sipil terbunuh, tetapi kami ingin mengatakan bahwa momentum masih diperoleh,” kata menteri luar negeri Mevlut Cavusoglu.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, memimpin pertemuan tripartit dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, dan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.

Cavusoglu mengatakan Turki telah melakukan kontak dengan tim perunding dari kedua negara.

Baca Juga: Kekalahan Chelsea Melawan Real Madrid, Pelatih Thomas Tuchel: Menyakitkan Tanpa Penyesalan

Akan tetapi menolak untuk membocorkan rincian pembicaraan, karena memainkan peran mediator dan fasilitator yang jujur.

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar harian Hurriyet, juru bicara kepresidenan Ibrahim Kalin mengatakan kedua pihak sedang merundingkan enam poin.

Enam poin tersebut, di antaranya netralitas Ukraina, perlucutan senjata dan jaminan keamanan, yang disebut “de-Nazifikasi”, penghapusan hambatan penggunaan bahasa Rusia di Ukraina. 

Baca Juga: Resmi, LE SSERAFIM Debut 2 Mei 2022 dengan Mini Album ‘FEARLESS’, Berikut Jadwal dan Lokasi Showcase

Selain itu, status republik yang memisahkan diri di wilayah Donbas dan status Krimea yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014.

Ukraina dan Barat telah menolak referensi Rusia untuk neo-Nazi dalam kepemimpinan Ukraina yang dipilih secara demokratis sebagai propaganda tak berdasar.

Menteri luar negeri Sergei Lavrov dari Rusia dan Dmytro Kuleba dari Ukraina bertemu di kota resor Turki Antalya awal bulan Maret dengan Cavusoglu juga hadir.

Baca Juga: Thailand 'Kecewa' Dalam Pembelian Kapal Selam China yang Telah Dipesan Sejak 2017

Diskusi-diskusi tersebut tidak membuahkan hasil yang konkrit.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah berulang kali menyerukan perdamaian, mendesak Rusia untuk menerima pembicaraan bermakna untuk mengakhiri invasi.

“Inilah waktunya untuk bertemu, berbicara, waktu untuk memperbarui integritas teritorial dan keadilan bagi Ukraina,” kata Zelenskyy.

Turki pun menyatakan siap menjadi tuan rumah pertemuan antara Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Baca Juga: Link Live Streaming Liverpool vs Benfica: Jurgen Klopp Sedikit Khawatir dengan Skuadnya Akibat Badai Cedera

Presiden Recep Tayyip Erdogan telah berulang kali mengatakan Turki tidak akan meninggalkan hubungannya dengan Rusia atau Ukraina.***

 

Editor: Khoirul Ma’ruf

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler