Tak Main-main, Putin Peringatkan Ikut Campur dalam Invasi, Serangan ke Ukraina Semakin Gencar

1 Mei 2022, 21:30 WIB
Putin Ancam Negara-negara yang Ikut Campur Perang Rusia di Ukraina /Reuters/Maxim Zmeyev

LINGKAR MADIUN - Invasi yang diluncurkan Rusia pada Ukraina sejak bulan Februari semakin memanas.

Bahkan konflik yang terjadi di antara kedua negara tersebut, masih jauh untuk mencapai kata negoisasi.

Presiden Vladimir Putin memperingatkan, Rusia akan memiliki tanggapan militer yang cepat jika ada negara yang ikut campur dalam operasi militer khusus ini di Ukraina.

"Jika ada yang berusaha untuk ikut campur dari luar dalam peristiwa terkini dan menimbulkan ancaman strategis yang tidak dapat diterima bagi kami, mereka harus tahu bahwa tanggapan kami akan cepat," kata Putin.

Baca Juga: 7 Ide Bisnis Paling Menguntungkan Jelang Lebaran 2022 Ini Bisa Kamu Coba

Pemimpin Rusia itu juga mengatakan bahwa tentara negara itu tidak akan ragu untuk menggunakan senjata paling modern.

“Kami memiliki semua alat, bahkan jenis alat yang tidak seorang pun berani mengatakan bahwa mereka memilikinya saat ini,” kata Putin.

“Kami tidak akan membual. Kami akan menggunakannya jika kami membutuhkannya, dan saya ingin semua orang tahu itu," katanya.

Presiden Putin sering memuji senjata modern yang dikembangkan Rusia, termasuk rudal hipersonik dan rudal balistik antarbenua Sarmat, yang berhasil diuji coba pada bulan April.

Baca Juga: 10 Link Twibbon Gratis Tema Hari Lebaran, Unggah ke Media Sosial, Dijamin Lebaran 1443 H Lebih Keren

Dalam pidatonya pada 27 April, Putin menekankan bahwa Rusia akan memenuhi tujuan yang ditetapkan dalam operasi di Ukraina.

Perang di Ukraina telah memasuki hari ke-63 sejak pecah pada 24 Februari.

Militer Rusia membuat kemajuan yang lambat dan hati-hati dalam serangannya di Ukraina Timur, seperti yang ditunjukkan oleh taktik yang lebih berurutan dalam menangani posisi musuh yang dibentengi.

Akibat konflik Ukraina pada 27 April sekali lagi diperpanjang ketika Rusia berhenti memasok gas ke Polandia dan Bulgaria, karena kedua negara tersebut menolak untuk membayar dalam rubel.***

 

 

 

Editor: Khoirul Ma’ruf

Sumber: Zing News

Tags

Terkini

Terpopuler