Profesor Geografi-Sejarah Perancis dibunuh Karena Karikatur Nabi Muhammad

17 Oktober 2020, 20:34 WIB
Ilustrasi pembunuhan seorang guru oleh muridnya akibat memamerkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya. /Pixabay/PublicDomainPictures/ /

Lingkar Madiun - Pembunuhan kembali terjadi di Dunia Internasional, Emmanuel Macron selaku presiden Prancis pernah mengatakan bahwa pertempuran Prancis melawan terorisme Islam adalah "eksistensial".

Hal itu dikatakannya menyusul kasus pembunuhan seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad dari surat kabar satir Charlie Hebdo di kelasnya.

Dilansir PORTAL JEMBER dalam artikel "Tunjukkan Karikatur Nabi Muhammad, Seorang Guru di Prancis Dibunuh Muridnya" dan dari The Guardian, Macron, yang mengunjungi sebuah tempat di dekat sekolah di pinggiran kota Paris mengatakan, korban telah dibunuh dan pembunuhnya berusaha untuk "menyerang republik dan nilai-nilainya".

Baca Juga: CATAT, Tanggal 25 Desember Wonder Woman 1984 Akan Tayang

“Ini adalah pertempuran kami dan ini eksistensial. Mereka (yang dianggap teroris) tidak akan berhasil. Mereka tidak akan memecah belah kita," ujar Macron.

Presiden Prancis tersebut berbicara setelah polisi Prancis menembak mati seorang pria yang memenggal kepala seorang guru dengan pisau dapur besar. Para pejabat Prancis pun segera mengumumkan pembunuhan itu sedang diselidiki oleh hakim anti-teror.

Semenjak laporan tersebut masuk, empat orang, termasuk seorang anak di bawah umur, dilaporkan telah ditangkap.

Baca Juga: Tak Punya SIM, Rem Blong, Supir Tabrak 2 Motor, Grand Max dan Kios di Bogor

Korbannya adalah seorang profesor Geografi-Sejarah berusia 47 tahun. Mata pelajarannya dipelajari bersama di Prancis, tetapi dia juga memberikan kursus wajib dalam pelajaran Pendidikan Moral dan Sipil.

Kejadian itu terjadi saat pelajarannya berlangsung di kelas. Ketika membahas tentang kebebasan berbicara, profesor itu menunjukkan kepada murid-muridnya, yang berusia 12 hingga 14 tahun, sebuah karikatur. Hal ini memicu pengaduan dari sejumlah orang tua dan salah satu keluarga yang mengajukan laporan hukum.

Tersangka kelahiran Moskow yang berusia 18 tahun dikatakan telah membagikan foto-foto serangan itu di media sosial. Beberapa laporan mengatakan bahwa dia berasal dari Chech.

Baca Juga: VIRAL, Video 10 Poin UU Cipta Kerja dari Rakyat untuk Para Anggota Dewan

Dinas Intelijen Prancis mengatakan, anak tersebut "orang yang tidak diketahui sepenuhnya", tetapi dia memiliki catatan kriminal kecil.

Alarm dibunyikan pukul 5 sore pada hari Jumat, 16 Oktober 2020, ketika polisi setempat memberi tahu rekan-rekan nasional mereka bahwa telah ditemukan jenazah di luar sekolah di Conflans-Sainte-Honorine, Yvelines, pinggiran barat laut pusat Kota Paris.

Pembunuhnya dikejar oleh polisi tetapi menolak untuk menyerah. Dia ditembak beberapa kali hingga tewas setelah dilaporkan mengancam polisi. Petugas menutup area tersebut karena khawatir penyerang mengenakan rompi bom bunuh diri.

Baca Juga: Start Up Episode 1: Pertemuan 2 Pemimpi, TAYANG MALAM INI

Jaksa anti-teror Prancis mengatakan, mereka menyikapi penembakan itu sebagai "pembunuhan sehubungan dengan organisasi teroris".

Setelah pelajaran kontroversial tersebut, orang tua yang marah memposting video mengenai keluhannya terhadap guru tersebut di YouTube.

Pada Jumat malam, orang tua lain memposting video yang membela sang profesor.

Baca Juga: Korea Selatan Konfirmasi Kasus dengan Dugaan Ensefalitis Jepang

“Saya adalah orang tua dari seorang siswa di perguruan tinggi ini. Guru baru saja memperlihatkan karikatur dari Charlie Hebdo sebagai bagian dari pelajaran sejarah tentang kebebasan berekspresi. Dia meminta siswa Muslim untuk meninggalkan kelas jika mereka mau, karena rasa hormat," ujar salah satu orang tua siswa.

"Dia adalah seorang guru yang hebat. Ia berusaha mendorong semangat kritis para siswanya, namun selalu dengan rasa hormat dan kecerdasan. Malam ini, saya sedih, untuk putri saya, tetapi juga untuk para guru di Prancis. Bisakah mereka terus mengajar tanpa takut dibunuh?," tambahnya.

Walikota D'Éragny-sur-Oise Thibault Humbert berbicara kepada wartawan tentang "kengerian" peristiwa yang terjadi di wilayahnya. Dia menyebut perbuatan itu sebagai tindakan biadab.

Baca Juga: Bawaslu Depok Temukan 15 Pelanggaran Prokes Covid-19 Saat Kampanye Pilkada

Macron, suram dan tampak terharu, berbicara singkat setelah mengunjungi perguruan tinggi tempat profesor yang terbunuh itu bekerja.

“Salah satu rekan kami dibunuh hari ini karena mengajar. Ia mengajari siswanya tentang kebebasan berekspresi, kebebasan untuk percaya atau tidak percaya. Itu adalah serangan pengecut. Dia adalah korban serangan (terduga) teroris,” kata Macron.

“Malam ini saya ingin mengatakan kepada para guru di seluruh Prancis, kami bersama mereka, seluruh bangsa bersama mereka hari ini dan besok. Kita harus melindungi mereka, membela mereka, membiarkan mereka melakukan pekerjaan mereka dan mendidik warga untuk masa depan," imbuhnya.

Baca Juga: Setelah Inkigayo, BLACKPINK Tampil Kembali di Acara Jimmy Kimmel Live

Paris berada dalam siaga tinggi sejak dua jurnalis dari sebuah perusahaan produksi film ditikam di luar bekas kantor surat kabar satir, Charlie Hebdo, tiga pekan lalu.***(Mohammad Syahrial, Portal Jember)

 
Editor: Aisyah Rahmatul Fajrin

Sumber: The Guardian Portal Jember

Tags

Terkini

Terpopuler