Presiden Emmanuel Macron Gelagapan, Dikecam Sebagai 'Setan Paris' hingga Boikot Produk Prancis

28 Oktober 2020, 22:15 WIB
Emmanuel Macron, Presiden Prancis. /Instagram

 

LINGKAR MADIUN - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dipastikan gelagapan menghadapi kemarahan dunia Islam. Mulai dari Iran hingga Bangladesh melakukan pengecaman terhadap Emmanuel Macron.

Di halaman depan surat kabar Iran, terpampang foto Emmanuel Macron bertuliskan, dia adalah "Setan Paris". Di jalan-jalan Dhaka Macron dikecam sebagai pemimpin yang “menyembah Setan".

Sementara itu, di Kantor Kedutaan Prancis di Baghdad, patung Emmanuel Macron dibakar bersama dengan bendera Prancis.

Baca Juga: Kesal Tak Ikut Tampil Dalam Laga Juventus vs Barcelona, Cristiano Ronaldo Salahkan Tes Swab

Baca Juga: Link Live Streaming dan Prediksi Juventus vs Barcelona: Ronaldo Absen, Barca Diunggulkan Menang

Kemarahan tumbuh di seluruh dunia Muslim pada presiden Prancis, seruan untuk boikot produk Prancis tak terbendung di negara-negara mayoritas Muslim. Termasuk di Indonesia.

Pemicu kemarahan dunia Islam itu, bermula sejak September ketika majalah satir Charlie Hebdo menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad mengiringi sidang terhadap 14 orang yang dituduh terlibat dalam serangan teroris terhadap kantor penerbit pada tahun 2015 karena menerbitkan karikatur yang sama.

Tak hanya itu, majalah Charlie Hebdo memperkeruh suasana dengan menempatkan kartun presiden yang mengejek Recep Tayyip Erdoğan di halaman depan edisi yang diterbitkan online pada Selasa malam.

Baca Juga: Kritik Harga Vaksin Indonesia, Fadli Zon Pertanyakan Keampuhannya

Hal itu, ditanggapai Asisten pers Erdogan, Fahrettin Altun, dalam cuitannya dia mengatakan : "Kami mengutuk upaya yang paling menjijikkan oleh publikasi ini untuk menyebarkan rasisme budaya dan kebencian."

Suasana makin tegang ketika, Macron dalam pidatonya awal bulan ini, mengumumkan niatnya untuk melawan "separatisme Islam", di mana ia menggambarkan keyakinan tersebut sebagai salah satu "yang berada dalam krisis di seluruh dunia saat ini". Sontak, pernyataannya tersebut memicu keberatan dari beberapa pemimpin dan komentator Muslim.

Dua minggu kemudian, guru bahasa Prancis Samuel Paty dipenggal kepalanya di luar sekolah karena menunjukkan kartun Muhammad di kelasnya. Pembunuhan itu, yang dikatakan dilakukan oleh seorang pemuda Muslim asal Chechnya, telah memicu penggerebekan terhadap beberapa tersangka ekstremis brutal dan kelompok Islam.

Baca Juga: 5 Cara Halal Bisnis Online, Hindari Penipuan

Setalah itu, dua kota di Prancis, Toulouse dan Montpellier, memproyeksikan karikatur Charlie Hebdo termasuk tentang nabi Islam di dinding gedung dewan daerah mereka sebagai tanda pembangkangan dan pembelaan sekularisme, menyusul keputusan kepala wilayah Occitanie, Carole Delga. Dan Emmanuel Macron mengatakan pada sebuah acara di Paris bahwa negaranya “tidak akan menyerah pada kartun”.

Protes terbaru terjadi di ibu kota Bangladesh pada hari Selasa, di mana polisi memperkirakan sekitar 40.000 orang terlibat dalam demonstrasi yang diselenggarakan oleh partai Islam terbesar di negara itu.

Baca Juga: Menstruasi 2 Kali dalam Sebulan, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya!

Ahmad Abdul Quaiyum, seorang pemimpin partai yang berbicara kepada orang banyak dan menyebut Macron seorang pemuja setan, mengatakan kepada The Guardian bahwa dia terprovokasi oleh kartun Nabi Muhammad yang disiarkan ke tembok beberapa kota Prancis minggu lalu sebagai isyarat pembangkangan setelah kematian Samuel Paty.

“Dilarang menggambar Muhammad,” kata Quaiyum. “Dan apa yang mereka lakukan? Tidak hanya menggambarnya, tetapi juga menggambarkannya dengan cara yang memalukan dan Macron memproyeksikannya pada gedung bertingkat dengan perlindungan polisi. Itu sangat menghina, menyakitkan dan tidak bisa diterima. "

Iran pada Selasa memanggil diplomat tertinggi Prancis di negara itu untuk memprotes "sikap anti-Islam" Macron di tengah kemarahan yang meluas - tercermin dan dipicu oleh halaman depan surat kabar yang menggambarkan pemimpin Prancis itu sebagai setan dan teroris.

Baca Juga: Kritik Harga Vaksin Indonesia, Fadli Zon Pertanyakan Keampuhannya

Mohammad Reza Vahidzade, seorang peneliti di Teheran, mengatakan dukungan Macron untuk kartun itu munafik, merujuk pada kecaman pemimpin Prancis itu sendiri pada tahun 2019 terhadap presiden Brasil Jair Bolsonaro karena mendukung komentar media sosial yang mengkritik istri Macron.

"Macron mengatakan dalam konferensi pers bahwa Bolsonaro tidak memiliki hak untuk menghina istrinya dan dia sama sekali tidak pantas menjadi presiden," kata Vahidzade. “Tapi dia justru biasa saja untuk menghina seorang nabi yang dihormati oleh jutaan orang di seluruh dunia.”***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler