Mahathir Mohamad Menilai Presiden Prancis Immanuel Marcon Sangat Primitif Terhadap Islam

30 Oktober 2020, 21:50 WIB
RAJA Malaysia memutuskan Mahathir untuk tetap bertahan sampai seorang penerus baru diputuskan. /AFP /

LINGKAR MADIUN - Kontoversi Presiden Prancis, Immanuel Marcon masih menjadi sorotan publik hingga saat ini. Tuai banyak kecaman dari masyarakat hingga elite politik. Kali ini, Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad memberikan reaksinya setelah kejadian teror di Nice, Prancis.

Mahathir Mohamad menanggapi kejadian pada Kamis, 29 Oktober 2020 kemarin, yitu terjadinya aksi teror terjadi di sebuah gereja di Nice yang menyebabkan tiga orang terbunuh.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dalam artikel "Kecam Presiden Prancis Emmanuel Macron, Mahathir Mohamad: Dia Sangat Primitif" dan dari laman The Straits Times, pihak berwenang setempat menduga serangan tersebut merupakan bagian dari jihadis terbaru untuk meneror Prancis.

Baca Juga: Pelaku Penikaman Gereja Prancis dalam Kondisi Kritis

Mahathir menggugah serangkaian cuitan dalam akun Twitternya @chedetofficial. Namun, cuitan tersebut dihapus oleh pihak Twitter karena menganggap tulisan Mahathir mengandung tindakan 'glorifikasi terhadap tindak kekerasan'.

Merujuk pada kasus pemenggalan kepada seorang guru di Prancis usai menunjukkan karikatur Nabi Muhammad SAW, ia mengatakan bahwa pembunuhan tidak diajarkan dalam agama Islam.

Namun, Mahathir juga mengatakan bahwa 'kebebasan berekspresi' tidak bisa menjadi alasan untuk memprovokasi atau menghina orang lain.

Baca Juga: Kronologis Aksi Penikaman Sadis di Gereja Prancis, Presiden Prancis Macron: Serangan Teroris Islam

"Terlepas dari agama yang dianut, orang yang marah memiliki keinginan membunuh. Prancis, dalam perjalanan sejarahnya, telah membunuh jutaan orang. Banyak di antaranya adalah Muslim. Muslim memiliki hak untuk marah atas pembantaian di masa lalu," tulisnya.

Tetapi ia menambahkan bahwa pada umumnya umat Muslim belum menerapkan hukum 'mata dibalas mata'. Pria yang menjabat sebagai PM Malaysia dua kali selama 24 tahun tersebut juga mengatakan, Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak menunjukkan bahwa dia beradab.

Hal itu dikatakan Mahathir menanggapi pernyataan Macron yang dianggap menyalahkan Muslim atas pembunuhan seorang guru di Prancis. "Dia (Macron) sangat primitif dalam menyalahkan agama Islam dan Muslim atas pembunuhan guru sekolah yang menghina. Itu tidak sesuai dengan ajaran Islam," lanjut Mahathir.

Baca Juga: Pelaku Penikaman Gereja Prancis dalam Kondisi Kritis

Dirinya mengimbau agar Prancis dapat mengambil sikap tanpa menyinggung perasaan orang lain. "Orang Prancis harus mengajari orang-orangnya untuk menghargai perasaan orang lain. Karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, maka Muslim berhak menghukum orang Prancis," sambungnya.

Pemenggalan kepala guru di Prancis bernama Samuel Paty itu memperkuat niat Macron untuk melawan ekstremisme Islam. Tak hanya itu, keputusan Macron untuk membela 'kebebasan berekspresi' pembuat karikatur Nabi Muhammad SAW dianggap menghina umat Islam.

Karenanya, keputusan Macron berujung pada aksi beberapa negara Arab yang menyerukan boikot terhadap produk-produk Prancis sebagai bentuk protes.

Baca Juga: Kronologis Aksi Penikaman Sadis di Gereja Prancis, Presiden Prancis Macron: Serangan Teroris Islam

Sementara itu, dalam beberapa jam setelah serangan di Nice, pihak kepolisian menembak mati seorang pria yang mengancam penduduk setempat menggunakan pistol di Montfavet, Prancis.***(Sarah Nurul Fatia, Pikiran Rakyat)

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler