Motif Pembunuhan Pemimpin Al Qaeda: Intrik Geopolitik dan Intelijen Kontraterorisme

14 November 2020, 16:22 WIB
ilustrasi pembunuhan/pexels /

LINGKAR MADIUN - Pemimpin tertinggi kedua Al Qaeda, dikabarkan tewas di Iran tiga bulan lalu. Beliau dituduh sebagai salah satu dalang serangan mematikan tahun 1998 terhadap kedutaan besar Amerika di Afrika.  

Abdullah Ahmed Abdullah, yang dipanggil dengan nama Abu Muhammad al-Masri, ditembak mati di jalan Teheran oleh dua pembunuh dengan sepeda motor pada 7 Agustus, bersama putrinya, Miriam.

Serangan itu merupakan operasi Israel atas perintah Amerika Serikat. Tidak jelas bagaimana keterlibatan Amerika Serikat, yang telah berhasil melacak pergerakan Al-Masri dan operasi Qaeda lainnya di Iran selama bertahun-tahun, seperti dikutip Lingkar Madiun dari New York Times, Sabtu (14/11/2020).

Baca Juga: China Temukan Virus Corona Pada Daging Sapi Impor dari Brazil dan Argentina

Baca Juga: 1.650 Keluhan Bansos Diterima KPK Melalui JAGA Bansos, Simak Ulasannya Berikut Ini

Pembunuhan terjadi dibawah intrik geopolitik dan intelijen kontraterorisme sehingga kematian al-Masri belum dikonfirmasi hingga saat ini. 

Disisi lain, Al Qaeda belum mengumumkan kematian salah satu pemimpinnya, sementara pejabat Iran menutupinya, dan tidak ada negara yang secara terbuka mengakui bertanggung jawab atas hal itu.

Al-Masri, yang berusia sekitar 58 tahun, adalah salah satu pemimpin pendiri Al Qaeda dan dianggap sebagai yang pertama memimpin organisasi setelah pemimpinnya saat ini, Ayman al-Zawahri.

Ia termasuk dalam daftar Teroris Paling Dicari FBI dan telah didakwa di Amerika Serikat atas kejahatan yang terkait dengan pemboman kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania, yang menewaskan 224 orang dan melukai ratusan lainnya.

Baca Juga: Gempa 8,9 Magnitudo dan Tsunami 10 Meter Diprediksi Melanda Padang, Inilah Skenario Antisipasinya

Baca Juga: China Temukan Virus Corona Pada Daging Sapi Impor dari Brazil dan Argentina

Baca Juga: 1.650 Keluhan Bansos Diterima KPK Melalui JAGA Bansos, Simak Ulasannya Berikut Ini

Bahkan FBI menawarkan hadiah $10 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya, pada hari Jumat (13/11/2020), fotonya masih ada dalam daftar Orang Paling Dicari.

Informasi bahwa dia pernah tinggal di Iran juga mengejutkan, mengingat Iran dan Al Qaeda adalah musuh bebuyutan.

Iran, yang menjalankan teokrasi Muslim Syiah, dan Al Qaeda, sebuah kelompok jihadis Muslim Sunni, telah berperang satu sama lain di medan perang Irak dan sejumlah tempat lain.

Baca Juga: China Temukan Virus Corona Pada Daging Sapi Impor dari Brazil dan Argentina

Baca Juga: 1.650 Keluhan Bansos Diterima KPK Melalui JAGA Bansos, Simak Ulasannya Berikut Ini

Pejabat intelijen Amerika mengatakan bahwa al-Masri telah berada dalam "tahanan" Iran sejak 2003, tetapi dia hidup bebas di distrik Pasdaran di Teheran, pinggiran kota warga kalangan atas, setidaknya sejak 2015.

Diketahui, sekitar pukul 9.00 pada malam musim panas, dia sedang mengendarai sedan Renault L90 putihnya dengan putrinya di dekat rumahnya ketika dua pria bersenjata dengan sepeda motor berhenti di sampingnya. 

Baca Juga: China Temukan Virus Corona Pada Daging Sapi Impor dari Brazil dan Argentina

Baca Juga: 1.650 Keluhan Bansos Diterima KPK Melalui JAGA Bansos, Simak Ulasannya Berikut Ini

Lima tembakan dilepaskan, empat peluru memasuki mobil melalui sisi pengemudi dan peluru kelima menghantam mobil di dekatnya.

Ketika peristiwa penembakan itu menyebar, media berita resmi Iran mengidentifikasi para korban sebagai Habib Daoud, seorang profesor sejarah Lebanon, dan putrinya yang berusia 27 tahun Maryam. 

Baca Juga: Pembelajaran Jarak Jauh Menuntut Guru Lebih Mengerti Digital Hingga Metode, Begini Ulasannya

Saluran berita Lebanon MTV dan akun media sosial yang berafiliasi dengan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran melaporkan bahwa Daoud adalah anggota Hizbullah, organisasi militan yang didukung Iran di Lebanon.

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler