Bukti Baru Temukan Virus Corona Bisa Langsung Masuk ke Otak

- 21 Desember 2020, 18:35 WIB
 Ilustrasi virus corona jenis baru ditemukan di Inggris.
Ilustrasi virus corona jenis baru ditemukan di Inggris. /Pixabay/ Geralt

Lingkar Madiun – Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience minggu ini menemukan bukti yang mengaitkan COVID-19 dengan berbagai efek neurologis.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tikus ini menunjukkan bahwa virus corona mampu menyerang otak secara langsung.

Baca Juga: Vaksin Sinopharm dan Sinovac Dibanderol Rp433 Ribu di Cina

Baca Juga: Vaksin Corona Mandiri untuk 75 Juta Penduduk Jadi Target Kemeterian BUMN

Efeknya bisa serius hingga menyebabkan kabut pada otak dan sesuatu yang disebut demensia COVID.

Namun, masih banyak penelitian yang perlu dilakukan, termasuk pemeriksaan pada manusia, sebelum para ilmuwan dapat memastikan masalahnya.

Para yakin bahwa studi ini menunjukkan bukti kuat bahwa protein ‘spike’ S1 yang membentuk virus SARS-CoV-2 mampu menembus membran darah pada otak.

Membran ini merupakan pemisah semi-permeabel yang melindungi otak dari benda-benda asing.

William Banks, profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, dalam sebuah video YouTube secara singkat menjelaskan temuan timnya.

“Protein ‘spike’ ini bertanggung jawab untuk mengikat sel dan memudahkan virus memasuki sel," kata Banks.

Karena lonjakan protein mampu melewati membran darah pada otak, Banks dan rekan penelitinya percaya kemungkinan seluruh virus SARS-CoV-2 dapat langsung masuk ke otak.

Baca Juga: Menristek Restui Unair Garap Vaksin Merah Putih

Bahkan, lebih parah lagi, protein ‘spike’ ini dapat terlepas dan bersirkulasi yang berarti bahwa efek neurologis pada penderita COVID-19 sebenarnya terjadi karena protein yang lepas tersebut.

Memang, selama berbulan-bulan para ahli telah mencatat bahwa banyak orang yang terinfeksi COVID-19 mengalami semacam kabut mental.

Sebuah penelitian kecil di Prancis menemukan bahwa hampir 35% pasien dengan COVID-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami kesulitan karena kehilangan ingatan beberapa bulan kemudian.

Banks dan rekan penelitinya percaya bahwa penelitian pada hewan akan memberikan menawarkan penjelasan yang masuk akal untuk efek neurologis jangka panjang ini.

Namun, para ahli yang tidak terlibat langsung dalam penelitian baru tersebut mengatakan bahwa penelitian tersebut harus ditanggapi dengan hati-hati.

Baca Juga: Inggris Mulai Gunakan Vaksin COVID-19 Pfizer Minggu Ini

Niket Sonpal, seorang internis dan profesor di Touro College di New York City mengungkapkan bahwa virus ini masih perlu dipeljari lebih dalam lagi.

"Mereka fokus pada satu protein yang bisa melewati membran otak ... tapi kita tidak bisa mengetahui efek jangka panjangnya karena kita belum terlalu memahami virus tersebut," ujar Sonpal.

Sonpal pun melanjutkan bahwa penelitian tersebut bisa jadi akan membantu mencegah komplikasi akibat virus SARS-CoV-2 dan membuat vaksin dengan lebih banyak versi.

“Kami telah menemukan protein yang membantu kami memahami bagaimana virus ini masuk ke otak, yang kemudian di masa depan dapat membantu para ilmuwan untuk memahami bagaimana menemukan cara untuk mencegah hal itu,” kata Sonpal.***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Huffington Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x