Kisah Pilu Perempuan Afghanistan Dipaksa Berhenti Bekerja Oleh Kelompok Taliban

- 16 Agustus 2021, 16:13 WIB
Kisah Pilu Perempuan Afghanistan Dipaksa Berhenti Bekerja Setelah Taliban Kuasai Kabul
Kisah Pilu Perempuan Afghanistan Dipaksa Berhenti Bekerja Setelah Taliban Kuasai Kabul /Parwiz Parwiz/REUTERS

LINGKAR MADIUNAkhir-akhir ini dunia internasional dihebohkan dengan aksi perebutan wilayah Afganistan yang dilakukan oleh kelompok Taliban. Pasukan itu juga tak segan untuk mengirim para pekerja wanita pulang dan melarang mereka untuk bekerja saat ini.

Pada awal Juli, ketika Taliban merebut wilayah dari pasukan pemerintah di Afganistan, beberapa dari kelompok tersebut masuk ke salah satu kantor bank di Kandahar. Taliban mengatakan kepada sembilan karyawan wanita yang bekerja di sana untuk pergi dan berhenti dari pekerjaan tersebut.

Dilansir LingkarMadiun.com dari Al Jazeera, orang-orang bersenjata itu bahkan tak segan untuk mengawal mereka ke rumah masing-masing. Para pegawai wanita tersebut disuruh untuk tidak kembali pada pekerjaannya.

Baca Juga: Khawatir Diserang Taliban, Maskapai Penerbangan Ubah Rute Hindari Wilayah Udara Afghanistan

Taliban juga menjelaskan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh para pegawai wanita tadi dapat digantikan oleh kerabat laki-laki mereka.

“Sungguh aneh tidak diizinkan untuk bekerja, tapi kenyataannya sekarang seperti ini,” ujar Nooor Khatera, seorang wanita berusia 43 tahun yang bekerja di bank tersebut.

“Saya belajar Bahasa Inggris sendiri dan bahkan mempelajari cara mengoperasikan komputer, tetapi sekarang saya harus mencari tempat di mana saya dapat bekerja dengan lebih banyak wanita di sekitar,” sambungnya.

Baca Juga: Presiden Afghanistan ‘Kabur‘ Saat Taliban Kepung Ibu Kota untuk Hindari Pertumpahan Darah

Insiden dipulangkannya para pekerja wanita itu merupakan tanda awal bahwa beberapa hak yang dimenangkan oleh perempuan di Afganistan selama 20 tahun sejak digulingkannya gerakan garis keras itu dapat musnah sewaktu-waktu.

Sekarang para wanita di sana pun akhirnya tak mampu menjalankan hak emansipasinya untuk bekerja setara dengan laki-laki.

Sementara itu, Taliban terus menyerbu Afganistan semenjak pasukan Amerika menarik diri dari negara tersebut pada bulan Mei lalu. Taliban sudah memasuki ibu kota Afganistan pada hari Minggu.

Baca Juga: Amerika Serikat Turunkan Bendera di Kedutaan Besar Kabul, Tandai Berakhirnya Intervensi Asing di Afghanistan

Perlu diketahui bahwa semenjak pemerintahan Taliban berkuasa di Afganistan dari tahun 1996 hingga 2001, perempuan di sana tidak boleh bekerja.

Anak perempuan pun dilarang untuk bersekolah. Bahkan, wanita Afganistan wajib untuk menutupi wajah mereka dan harus ditemani oleh kerabat laki-laki jika ingin keluar rumah.

Saat itu, wanita yang melanggar peraturan tersebut akan mengalami penghinaan dan pemukulan di depan umum oleh Polisi Agama Taliban di bawah interpretasi ultra-ketat kelompok itu terhadap hukum Islam.

Baca Juga: Presiden Afghanistan ‘Kabur‘ Saat Taliban Kepung Ibu Kota untuk Hindari Pertumpahan Darah

Dua hari setelah insiden pada bank di Kandahar tadi, kejadian serupa terjadi pada salah satu cabang bank di Herat. Tiga pejuang Taliban yang membawa senjata langsung menegur karyawan wanita di sana karena telah menunjukkan wajah di depan umum.

Menanggapi insiden tersebut, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid tidak berkomentar apa pun. Bahkan juru bicara kedua bank yang bersangkutan juga tidak menanggapi permintaan komentar.

Amerika Serikat dan negara barat lain khawatir jika Taliban nantinya akan menggulingkan banyak kebebasan hak yang telah dimenangkan perempuan di sana.

Baca Juga: Taliban Kembali Berkuasa, Sekjend PBB Khawatirkan Nasib Perempuan dan Anak di Afghanistan

Melihat semakin banyaknya aksi pasukan Taliban yang melarang wanita bekerja, akhirnya puluhan wanita di Afganistan pun meminta bantuan dan mengungkapkan rasa frustrasi mereka lewat media sosial.

"Dengan setiap kota runtuh, tubuh manusia runtuh, mimpi runtuh, sejarah dan masa depan runtuh, seni dan budaya runtuh, kehidupan dan keindahan runtuh, dunia kita runtuh," tulis Rada Akbar di Twitter.

"Seseorang tolong hentikan ini," sambung Rada di akhir unggahannya.***

Editor: Yoga Adi Surya

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah