Sekarang, China juga berfokus untuk menghadapi AS yang lebih bebas karena sudah menyudahi hubungannya dengan Afghanistan.
“Walaupun mereka bekerja sama, China cenderung melihat Afghanistan sebagai jebakan dan akan berhati-hati untuk mengambil peran yang terlalu menonjol di sana,” kata Andrew Small, seorang rekan senior di German Marshall Fund.
Small menambahkan bahwa China melihat gerakan Islam radikal di Afghanistan sebagai ancaman yang inheren (permanen).
Walaupun begitu, disebutkan bahwa China dan Taliban menjalin hubungan ‘mesra‘ bahkan jauh sebelum Taliban menduduki tampuk kekuasaan Afghanistan.
China menjalin hubungan baik saat Amerika masih mengintervensi Afghanistan dengan pasukan militernya.
Sebelum pejuang Taliban mengakuisisi Kabul, para pemimpin senior Taliban telah mengeratkan hubungan diplomatik dengan China.
China pun bersedia menjadi tuan rumah delegasi yang dipimpin oleh kepala kantor politik Taliban, Adbul Ghani Baradar, untuk melakukan pembicaraan di Tianjin pada bulan Juli dengan Menteri Luar Negeri Wang Yi untuk menandakan apa yang disebut pejabat China sebagai ‘hubungan persahabatan‘ mereka.
Baca Juga: Taliban Berhasil Merebut Panjshir, Pasukan Aliansi Utara Afghanistan Berhamburan Keluar Negeri