Pertama di Dunia, Ilmuwan Obati Depresi Parah dengan Tanam Perangkat Impan dalam Otak Manusia!

- 9 Oktober 2021, 20:00 WIB
Berikut ini dipaparkan seputar terapi TMS dan bagaimana cara kerjanya untuk mengatasi seseorang yang mengalami depresi.
Berikut ini dipaparkan seputar terapi TMS dan bagaimana cara kerjanya untuk mengatasi seseorang yang mengalami depresi. /The Minds Journal

LINGKAR MADIUNDepresi bisa menjadi kondisi yang menakutkan tanpa henti. Untungnya, para peneliti di seluruh dunia terus mencari terobosan pengobatan baru, seperti implan otak yang baru dirancang untuk depresi resisten.

Sepertiga orang penderita depresi bisa tidak merespons atau menjadi resisten terhadap pengobatan.

Baca Juga: Mengenal tentang Depresi yang Menyebabkan Perasaan Sedih Sepanjang Waktu, Simak Ulasannya

Tidak ada obat atau jenis terapi yang tampaknya membantu menyembuhkan depresi resisten. Bagi mereka dengan depresi yang resistan terhadap pengobatan, masa depan bisa terlihat sangat suram.

Inilah yang terjadi pada Sarah, seorang wanita berusia 36 tahun yang mengalami depresi berat dan resisten terhadap pengobatan sejak ia masih kecil.

Baca Juga: Inilah Tanda dan Penyebab Gejala Depresi, Salah Satunya Baperan, Penjelasan Selengkapnya

Dilansir LINGKAR MADIUN dari Science Alert, ada konsep baru pengobatan depresi yang signifikan bagi Sarah, dan dapat menawarkan harapan bagi banyak orang seperti dia.

Pengobatan depresi ini membutuhkan 'alat pacu jantung' yang dirancang khusus untuk setiap orang.

"Saya berada di titik terendah," kata Sarah, yang meminta untuk diidentifikasi hanya dengan nama depannya.

Baca Juga: Punya Masalah Depresi? Terapi Keluarga Bisa Jadi Solusi Tingkatkan Kesehatan Jiwa

"Saya sangat tertekan. Saya tidak bisa melihat diri saya melanjutkan jika hanya ini yang bisa saya lakukan, jika saya tidak pernah bisa bergerak melampaui ini. Itu bukan kehidupan yang layak untuk dijalani."

Untungnya, Sarah dapat berpartisipasi dalam studi kasus dengan tim peneliti ilmu saraf di University of California, San Francisco (UCSF); proyek tim adalah untuk menyelidiki metode stimulasi otak dalam yang berpotensi mengurangi gejala depresi.

Baca Juga: Inilah Tanda Kamu Sedang Alami Depresi, Merasa Lelah Salah Satunya

Meskipun memiliki perangkat kecil yang ditanamkan di tengkorak kita mungkin terdengar menakutkan bagi sebagian orang, stimulasi implan otak terbukti sukses dalam menangani gangguan otak lain seperti penyakit Parkinson dan epilepsi.

Tetapi depresi secara signifikan lebih rumit daripada dua penyakit itu. Sejauh ini, peneliti selalu menyoroti wilayah otak tertentu, seperti area Brodmann 25, yang diduga area depresi, tapi area depresi di otak ternyata sangat kompleks.

Alih-alih menerapkan perawatan stimulasi otak yang sama untuk semua orang, para peneliti secara manual melacak di mana depresi Sarah muncul di otak.

Baca Juga: Otak ‘Memakan‘ Dirinya Sendiri Supaya Manusia Tetap Hidup, Simak Begini Ulasan Lengkapnya

Mereka mengidentifikasi biomarker, yakni pola spesifik gelombang otak, yang belum pernah diidentifikasi pada gangguan depresi mayor sebelumnya.

Tim ilmuwan menempatkan satu elektroda ke area otak di mana biomarker ditemukan, dan yang kedua di mana 'sirkuit depresi' Sarah berada.

Kabel elektroda pertama akan mendeteksi biomarker, dan kabel kedua akan menghasilkan sejumlah kecil listrik selama enam detik di daerah otak.

Baca Juga: Diet Keto Dapat Ubah Mikroba Usus yang Rusak Kemampuan Kognitif Otak, Konsultasilah Sebelum Diet

"Keberhasilan ini sendiri merupakan kemajuan luar biasa dalam pengetahuan kita tentang fungsi otak yang mendasari penyakit mental," ujar Khatherine Scanggo, anggota tim ilmuwan.

Walaupun masih dalam tahap percobaan, tetapi bagi Sarah, perubahannya sangat besar.

"Dalam beberapa bulan awal, pengurangan depresi begitu tiba-tiba, dan saya tidak yakin apakah itu akan bertahan lama," kata Sarah.

Baca Juga: Benarkah Aplikasi Game Asah Otak Bikin Anda Lebih Cerdas? Ini Penjelasan Pakar

"Tapi itu telah berlangsung lama. Dan saya menyadari bahwa perangkat itu benar-benar menambah terapi dan perawatan diri yang telah saya pelajari."

Mengobati depresi menggunakan biomarker adalah yang pertama kali dilakukan di dunia. Hal ini memberikan harapan baru dalam pengobatan depresi dalam kasus parah yang spesifik.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Science Alert


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah