Namun, nasib para tentara Ukraina masih belum jelas, karena kelompok garis keras di Rusia ingin mereka dihukum mati.
Segera setelah penyerahan tentara Ukraina, Ketua Duma Negara (majelis rendah) Rusia Vyacheslav Volodin menyatakan bahwa tawanan perang Ukraina "tidak dapat ditukar".
Beberapa anggota parlemen "hawkish" di Rusia bahkan menyatakan keinginan untuk menghukum mati tentara Batalyon Azov. Pejabat dari "Republik Rakyat Donetsk" juga mengeluarkan pernyataan serupa.
"Pengadilan akan membuat keputusan atas mereka. Untuk kejahatan seperti itu, kami akan memiliki bentuk hukuman tertinggi, hukuman mati,” ungkap Yuri Sirovatko, kepala departemen kehakiman pemerintah Donetsk sebagaimana dikutip Lingkar Madiun dari laman Zing News pada 1 Juni 2022.
Sementara itu, Moskow juga membuka kemungkinan pertukaran tahanan dengan Ukraina. Anggota parlemen Rusia Leonid Slutsky mengatakan pada 21 Mei bahwa Moskow akan "mempertimbangkan kemungkinan" untuk menukar orang-orang ini dengan Viktor Medvedchuk, seorang pemimpin pro-Rusia yang ditahan oleh Ukraina.
Viktor Medvedchuk, seorang pemimpin pro-Rusia yang ditahan oleh Ukraina menyarankan untuk bertukar diri dengan tentara di Mariupol. Namun, hal tersebut dinilai sulit terjadi.***