Selain itu, Sri Lanka juga sedang menghadapi rekor inflasi tinggi dan pemadaman listrik yang berkepanjangan.
Hal tersebut mengakibatkan terjadinya protes berbulan-bulan untuk menuntut agar Presiden Gotabaya Rajapaksa mundur.
Negara Asia Selatan tersebut menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948.
PBB mengatakan 4 dari 5 orang di Sri Lanka mulai melewatkan makan karena mereka tidak mampu membeli makanan, dan memperingatkan akan bencana krisis kemanusiaan dengan jutaan orang yang membutuhkan bantuan.
Sri Lanka tidak mampu melunasi hutang luar negerinya sebesar $51 miliar dan menyatakan default pada April 2022.
Para pemimpin sedang menegosiasikan paket bailout dengan Dana Moneter Internasional, namun hal tersebut akan memakan waktu berbulan-bulan.***