Tetapi ia menambahkan bahwa pada umumnya umat Muslim belum menerapkan hukum 'mata dibalas mata'. Pria yang menjabat sebagai PM Malaysia dua kali selama 24 tahun tersebut juga mengatakan, Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak menunjukkan bahwa dia beradab.
Hal itu dikatakan Mahathir menanggapi pernyataan Macron yang dianggap menyalahkan Muslim atas pembunuhan seorang guru di Prancis. "Dia (Macron) sangat primitif dalam menyalahkan agama Islam dan Muslim atas pembunuhan guru sekolah yang menghina. Itu tidak sesuai dengan ajaran Islam," lanjut Mahathir.
Baca Juga: Pelaku Penikaman Gereja Prancis dalam Kondisi Kritis
Dirinya mengimbau agar Prancis dapat mengambil sikap tanpa menyinggung perasaan orang lain. "Orang Prancis harus mengajari orang-orangnya untuk menghargai perasaan orang lain. Karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, maka Muslim berhak menghukum orang Prancis," sambungnya.
Pemenggalan kepala guru di Prancis bernama Samuel Paty itu memperkuat niat Macron untuk melawan ekstremisme Islam. Tak hanya itu, keputusan Macron untuk membela 'kebebasan berekspresi' pembuat karikatur Nabi Muhammad SAW dianggap menghina umat Islam.
Karenanya, keputusan Macron berujung pada aksi beberapa negara Arab yang menyerukan boikot terhadap produk-produk Prancis sebagai bentuk protes.
Baca Juga: Kronologis Aksi Penikaman Sadis di Gereja Prancis, Presiden Prancis Macron: Serangan Teroris Islam
Sementara itu, dalam beberapa jam setelah serangan di Nice, pihak kepolisian menembak mati seorang pria yang mengancam penduduk setempat menggunakan pistol di Montfavet, Prancis.***(Sarah Nurul Fatia, Pikiran Rakyat)