Donald Trump Kepada Prancis: Islam Radikal Harus Segera Dihentikan

- 30 Oktober 2020, 21:47 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. /Pikiran-rakyat.com

Menurut laporan penyelidikan, pria tersebut awalnya mengaku bernama Brahim kemudian tak lama setelah itu ia mengatakan namanya adalah Brahim Aouissaoui.

Dalam upaya meminimalisir kejadian serupa, Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji melipatgandakan jumlah tentara untuk menjaga tempat-tempat penting dan juga pusat-pusat keagamaan.

Baca Juga: Pelaku Penikaman Gereja Prancis dalam Kondisi Kritis

Tak hanya itu, Macron juga sudah memberlakukan sistem peringatan teror negara Prancis menjadi level tertinggi.

Media lokal Prancis melaporkan, pada pukul 09.00 waktu setempat, Aouissaoui memasuki gereja Notre-Dame di Nice dan membunuh tiga orang menggunakan pisau, yakni seorang sipir dan dua wanita.

Tersangka mencoba memenggal kepala dua korban wanita, mereka pun melarikan diri ke kafe terdekat, namun nyawanya tetap tidak terselamatkan. Tidak berselang lama, pihak kepolisian setempat datang dan menahan Aouissaoui setelah melayangkan timah panas ke badannya.

Baca Juga: Kronologis Aksi Penikaman Sadis di Gereja Prancis, Presiden Prancis Macron: Serangan Teroris Islam

Hanya berselang beberapa jam, seorang pria ditembak mati oleh polisi setelah mengancam penduduk dengan pistol di Avignon.

Kemudian setengah jam setelah itu, polisi kembali menangkap seorang tersangka teror dari Afghanistan, di Lyon setelah dia mencoba naik kereta dengan membawa pisau berukuran 30 sentimeter.

Selain itu, pada pukul 1 siang waktu setempat polisi juga menggagalkan aksi teror keempat di Gereja Saint-Martin yang berada di pinggiran kota Paris. Nathalie Goulet, mantan ketua komisi penyelidikan jaringan ekstremis di Prancis mengatakan bahwa para tersangka tidak ada dalam daftar pengawasan intelijen Prancis.

Halaman:

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah