Donald Trump Kepada Prancis: Islam Radikal Harus Segera Dihentikan

- 30 Oktober 2020, 21:47 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. /Pikiran-rakyat.com

LINGKAR MADIUN- Baru-baru ini, Prnacis dilanda aksi teror yang dilakukan seorang pria bersenjatakan pisau membunuh tiga orang di sebuah gereja di Nice, Prancis. Hal ini sontak membuat masyarakat Internasional bereaksi. 

Belum berakhir, setelah serangan pertama tersebut, terdapat aksi teror lain yakni di Avignon, Lyon dan Paris dalam kurun waktu 4 jam pada Kamis, 29 Oktober 2020 kemarin.

Hal tersebut kemudian membuat Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mendukung Prancis yang kini sedang dilanda aksi teror.

Baca Juga: Pelaku Penikaman Gereja Prancis dalam Kondisi Kritis

Dilansir dalam Pikiran-Rakyat.com pada artikel "Beri Dukungan untuk Prancis, Donald Trump: Amerika Berdiri Bersama Sekutu Tertua Kita" dan dari laman The National News, dikabarkan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh warga negara Tunisia, Pakistan dan Afghanistan yang datang ke Prancis.

Kamis malam, 29 Oktober 2020 kemarin, Trump menyampaikan dukungan melalui akun Twitter pribadinya @realDonaldTrump.

"Hati kami bersama orang-orang Prancis. Amerika berdiri bersama sekutu tertua kita dalam pertarungan ini," tulisnya. Trump juga mengatakan bahwa aksi-aksi teror dari kelompok radikal seperti ini harus segara dihentikan.

Baca Juga: Kronologis Aksi Penikaman Sadis di Gereja Prancis, Presiden Prancis Macron: Serangan Teroris Islam

"Serangan teroris Islam Radikal ini harus segera dihentikan. Tidak ada negara, Prancis, atau lainnya yang dapat bertahan lama dengannya!," sambung Trump. Beberapa saat setelah aksi teror di Nice, pihak kepolisian setempat menangkap seorang pria kebangsaan Tunisia yang diduga sebagai tersangka.

Menurut laporan penyelidikan, pria tersebut awalnya mengaku bernama Brahim kemudian tak lama setelah itu ia mengatakan namanya adalah Brahim Aouissaoui.

Dalam upaya meminimalisir kejadian serupa, Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji melipatgandakan jumlah tentara untuk menjaga tempat-tempat penting dan juga pusat-pusat keagamaan.

Baca Juga: Pelaku Penikaman Gereja Prancis dalam Kondisi Kritis

Tak hanya itu, Macron juga sudah memberlakukan sistem peringatan teror negara Prancis menjadi level tertinggi.

Media lokal Prancis melaporkan, pada pukul 09.00 waktu setempat, Aouissaoui memasuki gereja Notre-Dame di Nice dan membunuh tiga orang menggunakan pisau, yakni seorang sipir dan dua wanita.

Tersangka mencoba memenggal kepala dua korban wanita, mereka pun melarikan diri ke kafe terdekat, namun nyawanya tetap tidak terselamatkan. Tidak berselang lama, pihak kepolisian setempat datang dan menahan Aouissaoui setelah melayangkan timah panas ke badannya.

Baca Juga: Kronologis Aksi Penikaman Sadis di Gereja Prancis, Presiden Prancis Macron: Serangan Teroris Islam

Hanya berselang beberapa jam, seorang pria ditembak mati oleh polisi setelah mengancam penduduk dengan pistol di Avignon.

Kemudian setengah jam setelah itu, polisi kembali menangkap seorang tersangka teror dari Afghanistan, di Lyon setelah dia mencoba naik kereta dengan membawa pisau berukuran 30 sentimeter.

Selain itu, pada pukul 1 siang waktu setempat polisi juga menggagalkan aksi teror keempat di Gereja Saint-Martin yang berada di pinggiran kota Paris. Nathalie Goulet, mantan ketua komisi penyelidikan jaringan ekstremis di Prancis mengatakan bahwa para tersangka tidak ada dalam daftar pengawasan intelijen Prancis.

Baca Juga: 5 Cara Mudah Membudidayakan Tanaman Buah Pala

"Kami perlu mencoba dan meningkatkan intelijen kami karena hampir tidak mungkin menghentikan serangan semacam ini yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Goulet.***(Sarah Nurul Fatia, Pikiran Rakyat)

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah