Pembelaan Atas Pidatonya, Presiden Prancis Macron: Saya Menghormati Muslim

- 1 November 2020, 12:05 WIB
Presiden Emmanuel Macron dan Kanselir Angela Merkel
Presiden Emmanuel Macron dan Kanselir Angela Merkel /

LINGKAR MADIUN - Akibat kontroversinya karena dianggap mendukung islamophobia, Presiden Prancis Emmanuel Macron angkat suara pada hari Sabtu (31/10/2020).

Macron mengungkapkan bahwa ia menghormati Muslim, dan merasa dikejutkan oleh kartun Nabi Muhammad tetapi itu bukan alasan untuk melakukan kekerasan.

Diketahui bahwa adanya penyerangan di sebuah gereja Prancis yang menewaskan tiga orang pada minggu ini. Prancis pun semakin perketat keamanan. Dalam kejadian tersebut, seorang penyerang memenggal kepala seorang wanita dan membunuh dua orang lainnya di sebuah gereja di Nice pada hari Kamis (29/10/2020), dengan dugaan motif agama.

Baca Juga: Jelang Pemilihan Presiden AS, Obama Dukung Joe Biden dan Kritik Kinerja Trump

Tersangka merupakan pria berusia 21 tahun dari Tunisia. Ia berhasil dilumpuhkan oleh polisi dengan tembakan dan sekarang dalam kondisi kritis di rumah sakit, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (1/11/2020).

Polisi mengatakan pada hari Sabtu (31/10/2020) bahwa satu orang lagi ditahan sehubungan dengan serangan itu. Orang itu bergabung dengan tiga orang lainnya yang sudah ditahan karena dicurigai melakukan kontak dengan penyerang.

Baca Juga: Jelang Pemilihan Presiden AS, Obama Dukung Joe Biden dan Kritik Kinerja Trump

Atas kejadian tersebut, Macron pun mengerahkan ribuan tentara untuk melindungi situs-situs seperti tempat ibadah dan sekolah, dan para menteri telah memperingatkan bahwa serangan militan Islam lainnya dapat terjadi.

Sangat disayangkan, kejadian serangan di Nice bertepatan pada saat Muslim tengah merayakan ulang tahun Nabi Muhammad. Aamarah Muslim di seluruh dunia meningkat akibat Prancis yang menerbitkan kartun yang menggambarkan Nabi mereka.

Asal mula kejadiaan ini saat Samuel Paty, seorang guru sekolah di pinggiran kota Paris, dipenggal kepalanya oleh seorang warga Chechnya yang berusia 18 tahun yang tampaknya marah oleh gurunya yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas selama pelajaran kewarganegaraan.

Para muslim seluurh dunia pun mengadakan unjuk rasa untuk menyerukan boikot produk keluaran Prancis. Prancispun semakin gelisah dan mengantisipasi kemungkinan serangan lainnya. Namunm, pada Sabtu malam ketika seorang imam Ortodoks Yunani ditembak dan terluka di gerejanya di kota Lyon di tenggara. Tetapi para pejabat tidak memberikan indikasi bahwa ada dugaan terorisme.

Baca Juga: Gereja Prancis Kembali diserang, Tersangka Penembak Pastor di Gereja Lyon Tertangkap

Dalam upayanya memperbaiki apa yang dia katakan sebagai kesalahpahaman tentang niat Prancis di dunia Muslim, Macron menyampaikan wawancara kepada jaringan televisi Arab Al Jazeera yang disiarkan pada hari Sabtu.

Macron mengatakan Prancis tidak akan mundur dalam menghadapi kekerasan dan akan membela hak kebebasan berekspresi, termasuk penerbitan kartun.

Macron juga menekankan bahwa tidak berarti dia atau para pejabatnya mendukung kartun-kartun itu, yang oleh Muslim dianggap menghujat, atau bahwa Prancis sama sekali anti-Muslim.

Baca Juga: Jelang Pemilihan Presiden AS, Obama Dukung Joe Biden dan Kritik Kinerja Trump

“Jadi saya memahami dan menghormati bahwa banyak orang yang dikejutkan oleh kartun ini, tetapi saya tidak akan pernah pembenaran kekerasan fisik atas kartun ini, dan saya akan selalu membela kebebasan di negara saya untuk menulis, berpikir, menggambar,” Kata Macron, menurut transkrip wawancara yang dirilis oleh kantornya.

"Peran saya adalah menenangkan segala hal, itulah yang saya lakukan, tetapi pada saat yang sama, saya hanya ingin melindungi hak-hak tersebut."

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah