Ternyata Inilah Rakaat Shalat Tarawih yang Paling Utama! Pahalanya Seperti Shalat Semalam Suntuk

- 15 April 2021, 18:00 WIB
Ilustrasi beribadah.
Ilustrasi beribadah. /Pixabay

LINGKAR MADIUN- Shalat Tarawih adalah qiyamul lail atau shalat di malam hari Ramadhan. Hukum shalat Tarawih adalah sunnah (dianjurkan) dan tidak wajib.

Namun, keutamaan shalat Tarawih sangatlah luar biasa. Di antara keutamaan shalat Tarawih, yaitu merupakan sebab mendapatkan ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu.

Selain itu, orang yang melakukan tata cara sholat Tarawih berjamaah bersama imam sampai selesai, maka dicatat baginya shalat semalam suntuk.

Baca Juga: Baca Ayat Ini Untuk Menghilangkan Amarahmu Saat Berpuasa, Biar Pahalamu Tidak Berkurang

Oleh karena itu, banyak orang yang melakukan shalat Tarawih baik dengan tata cara shalat Tarawih 11 rakaat maupun tata cara shalat Tarawih 23 rakaat secara berjamaah.

Hampir semua ulama mengatakan, tidak ada batas maksimal untuk jumlah rakaat shalat Tarawih. Diantara dalil yang menunjukkan tidak ada batas untuk jumlah rakaat shalat Tarawih adalah hadist dari Ibnu Umar RA, yaitu:

“Ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi SAW mengenai tata cara shalat Lail. Kemudian beliau menjelaskan, ‘Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat. Jika kalian takut masuk waktu subuh, maka kerjakanlah satu rakaat untuk menjadi witir bagi shalat-shalat sebelumnya’.” (HR. Bukhari-Muslim).

Baca Juga: Bolehkah Keramas di Siang Hari Ketika Berpuasa ? Perhatikan Hal Ini Saat Melakukannya

Hadis ini bersifat umum, mencakup shalat malam yang dikerjakan di luar Ramadhan maupun ketikan Ramadhan.Nabi SAW menjelaskan tata cara pelaksanaan shalat malam untuk dikerjakan dua rakaat-dua rakaat. Dan beliau tidak menyebutkan batasan jumlah rakaatnya. Beliau hanya memberi batasan (jika kalian takut masuk subuh, maka kerjakanlah satu rakaat untuk menjadi witir bagi shalat-shalat sebelumnya).

Seandainya shalat malam itu ada batasannya, tentu Nabi SAW akan menjelaskannya. Ibnu ‘Abdil Barr salah satu ulama Malikiyah mengatakan:

“Bahwa shalat malam tidak memiliki batasan jumlah rakaat tertentu. Shalat malam adalah shalat sunah, amal soleh dan perbuatan baik. Siapa saja boleh mengerjakannya dengan jumlah rakaat sedikit dan siapa yang mau, bisa mengerjakannya dengan banyak rakaat.” (At-Tamhid Syarh Al-Muwatha’ 21/70)

Baca Juga: Waspada Penipuan Berkedok Subsidi Listrik Gratis Lewat Link! Begini Cara Asli Mendapatkannya

Aisyah RA pernah ditanya oleh murid-muridnya tentang bagaimana cara Nabi SAW shalat malam. Jawab Aisyah RA:

“Beliau tidak pernah menambahi lebih dari 11 rakaat. Baik di dalam Ramadhan maupun di luar Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Dalam riwayat lain, Aisyah RA mengatakan:

“Rasulullah melakukan shalat malam sebanyak 13 rakaat.” (HR. Abu Daud)

Para ulama memahami bahwa hadis tersebut bukanlah pembatasan, karena Nabi SAW tidak pernah melarang lebih dari 13 rakaat. Pasalnya yang diceritakan oleh Aisyah RA adalah kebiasaan jumlah rakaat shalat Lail yang dikerjakan Nabi SAW.

Baca Juga: Jarang Ganti Pakaian Dalam? Dokter Peringatkan Ada Bahaya Serius yang Akan Terjadi Pada Tubuh Anda

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:

“Bahwa shalat malam di bulan Ramadhan tidaklah dibatasi oleh Nabi SAW dengan bilangan tertentu. Namun yang dilakukan Nabi SAW adalah beliau tidak menambah di bulan Ramadhan atau bula lainnya lebih dari 13 rakaat. Akan tetapi beliau memperpanjang rakaatnya. Barangsiapa yang mengira bahwa shalat malam di bulan Ramadhan memiliki bilangan rakaat tertentu yang ditetapkan oleh Nabi SAW, tidak boleh ditambahi atau dikurangi jumlah rakaat yang beliau lakukan, sungguh dia telah keliru.” (Majmu’ al-Fatawa 22/272)

Kemudian beliau menyebutkan bahwa dulu ada yang shalat Tarawih 40 rakaat dan witir dengan 3 rakaat. Ada pula yang shalat Tarawih dengan 36 rakaat dan witir dengan 3 rakaat, semuanya dibolehkan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:

“Tatkala Umar mengumpulkan manusia dan Ubay bin Ka’ab sebagai imam, dia melakukan shalat sebanyak 20 rakaat kemudian melaksanakan witir sebanyak 3 rakaat. Namun ketika itu, bacaan setiap rakaat lebih ringan dengan diganti rakaat yang ditambahkan. Karena melakukan ini semacam lebih ringan bagi makmum daripada melakukan satu rakaat dengan bacaan yang begitu panjang.” (Majmu’ al-Fatawa 22/272)

Baca Juga: 4 Waktu Mustajab Untuk Berdoa di Bulan Suci Ramadhan, Dilakukan Dari Terbit Fajar Hingga Terbenam Matahari

Praktek diatas menunjukkan bahwa jumlah bukan acuan utama penilaian. Karena hal ini kembali kepada mana yang lebih berkualitas.

Allah SWT berfirman:

“Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2)

Salah satu diantara faktor yang menentukan kualitas adalah kekhusyu’an dan salah satu faktornya adalah kondisi makmum.

Karena itu Syaikhul Islam menyimpulkan bahwa yang paling afdhal adalah menyesuaikan kondisi makmum. Beliau mengatakan:

“Yang paling afdhal berbeda-beda sesuai kondisi orang yang shalat. Jika mereka bisa diajak berdiri lama, maka Tarawih dengan 10 rakaat dan 3 rakaat setelahnya lebih bagus. Seperti yang dilakukan sendiri oleh Nabi SAW ketika di bulan Ramadhan dan di luar Ramadhan. Namun jika mereka tidak kuat berdiri lama, tarawih 20 rakaat lebih afdhal.” (Majmu’ Ak-Fatawa, 22/272)

Wallahu a’lam bishawab.***

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah