Kebingungan tersebut juga diperkuat oleh Dewan Fatwa Nasional Malaysia yang menerbitkan buku panduan untuk beribadah di ACC. Mereka menuliskan bahwa puasa bisa dilakukan di ACC atau kompensasi di Bumi selama bulan Ramadhan. Waktu untuk berpuasa disesuaikan dengan zona waktu dari diluncurkannya astronot.
Baca Juga: Ceritakan Suasana Lebaran, Berikut Ini Beberapa Lagu Religi Favorit yang Bisa Kamu Putar
Pernyataan tersebut kembali dijelaskan oleh mantan Menteri Sains Malaysia Jamaluddin Jarjis bahwa Shukor diperbolehkan untuk menunda puasanya hingga kembali ke Bumi.
Menurut Imam Ahmad, jika dalam kondisi perjalanan, maka berbuka lebih afdhol. Sedangkan Umar bin Abdul Aziz berkata, “Yang lebih afdhol adalah yang lebih mudah. Maka, orang yang lebih mudah baginya berpuasa ketika itu dan sulit baginya akan meng-qadha kemudian hari, maka lebih utama ia berpuasa.”
Ruksah atau keringanan berpuasa pada zaman Rasulullah SAW dilakukan karena safar atau perjalanan cenderung berat dan menyulitkan.
Ada banyak pendapat ulama dalam menentukan batas-batas safar, dalam kitab Al-Fiqhul Islami karya Dr Wahbah al-Zuhaili beliau menerangkan bahwa keumuman mengambil batas jarak safar seperti pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal adalah berjarak sejauh 89 KM.
Sementara luar angkasa, Federation Aeronautique International (FAI) menetapkan bahwa ketinggian 100 KM atau 62 mil ditetapkan sebagai batasan antara atmosfer dan angkasa.
Wallahu a’lam bishawab.***