Memaknai Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

- 28 Oktober 2020, 22:18 WIB
ilustrasi Maulid Nabi Muhammad.*
ilustrasi Maulid Nabi Muhammad.* /pixabay.com / matponjot

LINGKAR MADIUN – Maulid Nabi merupakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang selalu diperingati umat muslim di seluruh dunia setiap tahunnya.

Untuk memperingati Maulid Nabi, umat muslim berlomba-lomba memperbanyak ibadah dan melakukan berbagai kegiatan keagamaan guna menghormati Nabi Muhammad SAW.

Sebagai umat muslim alangkah baiknya apabila kita juga mengetahui sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan sejak kapan dilaksanakannya.

Baca Juga: Dukung Pemboikotan Produk Perancis, Arie Untung Trending Topik di Twitter Hari Ini

Baca Juga: Kesal Tak Ikut Tampil Dalam Laga Juventus vs Barcelona, Cristiano Ronaldo Salahkan Tes Swab

Dikutip dari PotensiBisnis.com dalam artikel “Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW dan Maksud Diperingatinya” sebuah buku berjudul Pro dan Kontra Maulid Nabi karya AM. Waskito, menyebutkan ada tiga teori sejarah Maulid Nabi dalam sejarah Islam sudah berlangsung lama, bahkan ribuan tahun yang lalu.

Yang pertama dalam buku itu dikatakan bahwa perayaan Maulid yang pertama kali diadakan oleh Dinasti Ubaid (Fathami) di Mesir yang berhaluan Syiah Ismailiyah (Rafidhah). Dinasti ini berkuasa di Mesir tahun 362-567 Hijriyah sekitar abad 4-6 Hijriyah.

Baca Juga: Link Live Streaming dan Prediksi Juventus vs Barcelona: Ronaldo Absen, Barca Diunggulkan Menang

Pada mulanya dirayakan di era kepemimpinan Abu Tamim, yang memiliki gelar Al-Mu'is Li Dinillah. Perayaan Maulid Nabi pada zaman Dinasti ini hanya salah satu bentuk perayaan saja.

Selain itu, Dinasti ini juga merayakan hari Asyura, Maulid Ali, Maulid Hasan, Maulid Husain, Maulid Fatimah dan lainnya.

Kedua, perayaan Maulid di kalangan ahlus sunnah pertama kali diadakan oleh Sultan Abu said Muzhaffar Kukabri yang merupakan gubernur Irbil di wilayah Irak, ia hidup pada tahun 549-630 Hijriyah.

Baca Juga: 5 Cara Halal Bisnis Online, Hindari Penipuan

Saat perayaan Maulid diadakan, Muzaffar ini mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu dan seluruh rakyatnya. Para tamu undangan tersebut dijamu dengan hidangan makanan, memberikan hadian, bersedekah kepada fakir-miskin dan lainnya.

Ketiga, perayaan Maulid pertama kali diadakan oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi pada tahun 567-622 Hijriyah, kala itu merupakan penguasa Dinasti Ayyub di bawah kekuasaan Daulah Abbassiyah.

Baca Juga: Menstruasi 2 Kali dalam Sebulan, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya!

Tujuannya merayakan Maulid untuk meningkatkan semangat jihad kaum muslimin dalam rangka menghadapi perang Salib melawan kaun Salibis dari Eropa dan merebut Yerusalem.

Kemudian imam ahli hadist dan sejarah yang paling giat mendukung perayaan Maulid Imam Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan, orang yang pertama kali merintis peringatan Maulid ini ialah penguasa Ibril, Malik Al-Muzhaffar Abu Sa'id Kukabri bin Zainuddin bin Baktatin adalah salah seorang raja yang mulia, agung dan dermawan.

Almuzhaffar ini merupakan seorang raja yang membangun masjid Al-Jami Al-Muzhaffari di lereng gunung Qasiyun.

Baca Juga: Menghitung Jam Laga Juventus vs Barcelona, Cristiano Ronaldo Malah Diselidiki Kejaksaan Italia

Profesor Ash Shallabi berpandangan dalam bukunya yang membahas biografi Shalahuddin Al-Ayyubi, Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shallabi mengemukakan, tugas Shalahuddin untuk membersihakn Mesir dari pengaruh Syiah Rafidhah sangatlah sulit, karena Dinasti Ubaid (Fathimah) sudah menetap selama 280 tahun.

Baik dari ajaran, tradisi budaya Syiah sudah hampir-hampir melekat dengan kehidupan rakyat Mesir.

Sebelumnya, Dinasti Ubaid membangun kekuasaan di Tunisia, akibat kesesatan mereka memuncak, pada kaum Muslimin Tunisia menghancurkan mereka sampai ke akar-akannya.

Baca Juga: 5 Fakta Pulau Komodo dan Pulau Rinca, Wanita Haid Dilarang ke Sana

Lalu sisa-sisa bangsawan Ubaidiyah keturunan Ubaidillah Al-Mahdi le ke Mesir, dan membangun kekuasaan politik. Sehingga mereka berhasil menguasai pusat pemerintahan kala itu.

Belajar dari pengalaman buruk di Tunisia, Dinasti Ubaid menempuh cara-cara kultural dengan membangun perguruan Al-Azhar sebagai pusat kaderisasi dai-dai Syiah Rafidhah untuk disebarkan ke wilayah Mesir.

Tak hanya itu, mereka pun berusaha membangun simpati rakyat Mesir dengan mengadakan berbagai perayaan keagamaan. Baik dari sisi dakwah, mereka menampakkan diri menyebarkan ajaran-ajaran Shufi (Tasawuf), yang lebih menitikberatkan pada kelembutan hari dan akhlak.

Baca Juga: Kesal Tak Ikut Tampil Dalam Laga Juventus vs Barcelona, Cristiano Ronaldo Salahkan Tes Swab

Ketika Shalahuddin mulai berkuasa di Mesir di bawah otoritas Dinasti Zanki dan Daulah Abbassiyah. Namun Shalahuddin tidak serta merta menghancurkan peradaban Syiah.

Dirinya menyadari bahwa peradaban Syiah di Mesir sudah berusia ratusan tahun.
Sehingga Sultan Shalahuddin secara perlahan merubah kurikulum ajaran Syiah, buku-buku dan simbol-simbol Syiah hingga ulama-ulama Syiah dari perguruna Al-Azhar seluruhnya diganti menjadi versi ahlus sunnah.

Selain itu, Sultan Shalahuddin tetap mempertahankan perayaan Maulid Nabi dan membersihkan perayaan-perayaan lain yang tak sesuai akidah ahlus sunnah.

Baca Juga: Link Live Streaming dan Prediksi Juventus vs Barcelona: Ronaldo Absen, Barca Diunggulkan Menang

Dalam hal ini ada proses kompromi beberapa teori hasil dari beberapa teori sejarah sebelumnya tanpa harus ada pertentangan. Maulid Nabi ini mulanya diadakan Dinasti Ubaid di Mesir.

Perayaan Maulid Nabi tersebut satu di antara sekian banyak perayaan yang dilakukan tak lebih untuk membangun citra dan juga mendapatkan dukungan rakyat Mesir. Sebab itu dilakukan secara terpaksa oleh Syiah Ubaidiyah yang sebelumnya dihancurkan oleh kaum Muslimin Tunisia.

Dengan kedatangan Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi menguasai Mesir ini merupakan berkah bagi kaum Muslimin. Shalahuddin berjuang kera agar haluan akidah rakyat Mesir kembali ke pangkuan ahlus sunnah, dengan pendekatan-pendekatan kultural.

Baca Juga: Kumpulan Quotes dan Ucapan Selamat untuk Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW

Kala itu pelaksanaan Maulid Nabi di Mesir mengundang ketertarikan Gubernur Irbil, Irak Muzhaffar Kukabri, hingga Sultan Shalahuddin menikahkan seorang laki-laki dengan saudara perempuannya Rabiah Khatun bintu Ayyub.

Kemudian kebutuhan peringatan Maulid Nabi ini pula dirasakan mendesak, ketika kam Muslimin mengalami kelemahan dan kelelahan akibat perang terus-menerus menghadapi kaum Salibis Eropa.

Kala itu, Sultan Shalahuddin memanfaatkan momen peringatan Maulid Nabi untuk mengingatkan kembali para kaum Muslimin terhadap jejak-jejak sejarah Rasulullah SAW.

Baca Juga: Kritik Harga Vaksin Indonesia, Fadli Zon Pertanyakan Keampuhannya

Dengan begitu, asal-usul peringatan Maulid Nabi dalam sejarah kaum Muslimiin sejak ribuan tahun lalu, berawal dari Dinasti Syiah Ubaidiyah kemudian diadaptasi ke dalam kultur Ahlus Sunnah wal Jamaah oleh Malik Muzaffar dan Sultan Shalahuddin. (Pipin L Hakim, Potensibisnis.pikiran-rakyat)***

Editor: Rendi Mahendra

Sumber: Potensi Bisnis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x