Mitos Atau Fakta: Vaksin COVID-19 Hanya Bertahan Seminggu? Inilah Penjelasan Detailnya

- 25 November 2021, 13:25 WIB
Ilustrasi vaksin COVID-19.
Ilustrasi vaksin COVID-19. /Pixabay

LINGKAR MADIUN - Kabar tentang vaksin COVID-19 yang hanya bertahan dalam beberapa hari atau minggu merebak begitu cepat.

Kabar menyebar begitu cepat di WhatsApp grup dan pesan pribadi, yang kemudian menyebabkan keresahan publik.

Sebenarnya, jawaban yang dijawab oleh para dokter tentang vaksin COVID-19 hanya bertahan seminggu adalah benar. Namun pernyataan mereka tidak berhenti di situ.

Baca Juga: Canggih, Aplikasi TikTok Bisa Diakses Melalui Smart TV, Bagaimana Caranya? Simak Penjelasan Berikut Ini 

Ini bukan karena vaksin itu sendiri yang tersisa di dalam tubuh. Sebaliknya, vaksin merangsang sistem kekebalan tubuh dan mengajarinya cara merespons jika kita pernah terpapar COVID-19.

Hal tersebut bisa terjadi karena tugas vaksin adalah untuk merangsang sistem imunitas tubuh, bukan lagi mempertahankan virus dalam tubuh kita.

Jadi, jika sistem kekebalan sudah tercetak, maka virus tersebut akan mati dengan sendirinya, dan sistem kekebalan tubuh akan menjadi kebal melawan virus COVID-19.

Baca Juga: Cukup Seduh Kayu Ini, Kolesterol Jahat Menahun Langsung Rontok, Tanpa Biaya Mahal 

Semua vaksin, apa pun teknologinya, memiliki tujuan mendasar yang sama untuk memperkenalkan sistem kekebalan ke agen infeksi, tanpa risiko yang berasal dari penyakit.

Vaksin perlu mengikuti jalur serupa yang akan diambil virus untuk menghasilkan respons imun yang memadai.

Virus memasuki sel kita dan menggunakannya untuk mereplikasi diri. Jadi, vaksin juga perlu dikirim dalam sel tempat protein diproduksi, yang meniru komponen virus itu sendiri.

Baca Juga: Jangan Remehkan, Cukup 1 Buah Merah Ini Berkhasiat Hilangkan Uban, Rambut Jadi Hitam Lurus Tanpa Catokan 

Semua vaksin COVID-19 melakukan ini dengan mengirimkan informasi ke dalam sel otot, biasanya di lengan atas.

Mereka melakukan ini dengan cara yang berbeda, seperti menggunakan mRNA, yaitu Pfizer-BioNTech dan Moderna, atau vektor virus, seperti AstraZeneca.

Terlepas dari teknologinya, efeknya serupa. Sel-sel kita menggunakan template genetik dalam vaksin untuk menghasilkan protein lonjakan virus Corona yang merupakan bagian dari virus yang membantunya memasuki sel.

Baca Juga: Cukup Seduh 3 Bahan Ini, Tubuh Kebas-kebas, Meriang, Flu, dan Batuk Menahun Sembuh 

Dilansir lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com dari CNA, dijelaskan bahwa protein lonjakan diangkut ke permukaan sel di mana ia terdeteksi oleh sel-sel kekebalan di dekatnya.

Ada juga sel kekebalan khusus lain di dekatnya yang mengambil protein lonjakan dan menggunakannya untuk menginformasikan lebih banyak sel kekebalan, lalu menargetkan mereka secara khusus terhadap COVID-19.

Sel-sel kekebalan ini termasuk sel B yang menghasilkan antibodi, dan sel T yang membunuh sel yang terinfeksi virus.

Baca Juga: Bikin Haru, Inilah Kata Bijak Untuk Peringati Hari Guru Nasional, Jadikan Semakin Berkesan Bagi Semua Guru 

Mereka kemudian menjadi sel memori yang tahan lama yang menunggu dan memantau saat berikutnya ketika melihat protein lonjakan.

Jika Anda terpapar virus, sel B dan T memori ini memungkinkan respons imun yang lebih cepat dan lebih besar, menghancurkan virus sebelum dapat menyebabkan penyakit.

Perlu diketahui juga bahwa sel B dan T ini memiliki kapasitas memori yang terbatas. Jadi, kemampuan mereka melawan virus juga terbatas.

Baca Juga: Pemilik Golongan Darah Ini Wajib Waspada! Deretan Penyakit Ini Bisa Mengintai dan Mempersingkat Usiamu 

Para ahli menyatakan, setelah 2 tahunan, memori dalam sel B dan T tentang virus COVID-19 akan menghilang dari tubuh.

Dengan hal tersebut, Anda tidak dapat dikatakan sebagai pihak yang kebal lagi untuk melawan virus COVID-19. ***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah