Lingkar Madiun - Genjer merupakan lagu ang diciptakan oleh seniman asal Banyuwangi, Muhammad Arief, pada tahun 1940-an dan menggunakan bahasa Osing (bahasa daerah Banyuwangi).
Lagu ini seringkali dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sejak rezim Orde Baru berkuasa lagu ini selalu disebut sebagai lagu milik PKI. Bahkan, hingga saat ini lagu Genjer masih dicekal di berbagai kalangan.
Dalam film G30S/PKI lagu "Genjer-genjer" memang sering diputar . Syair lagu Genjer-Genjer dimaksudkan sebagai sindiran atas masa pendudukan Jepang ke Indonesia.
Saat itu, kondisi rakyat semakin sesangsara dibanding sebelumnya. Bahkan ‘genjer’ tanaman gulma yang tumbuh di rawa-rawa sebelumnya dikonsumsi itik, namun menjadi santapan yang lezat akibat masyarakat tidak mampu membeli daging.
Baca Juga: UMKM Obat Tradisonal Berpotensi dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Masa Pandemi
Baca Juga: BLT Non PKH Rp500 Ribu, Begini Cara Cek Jika Terdaftar
Pasca Indonesia merdeka, lagu Genjer-Genjer tetap hits dan populer, bahkan lagu tersebut sampai dinyanyikan oleh penyanyi populer seperti Lilis Suryani dan Bing Selamet.
Latar belakang penciptaan lagu:
Pada sekitar tahun 1942, berkembang lagu angklung Banyuwangian yang terkenal berjudul “Genjer-Genjer”. Syair lagu ini diciptakan oleh M. Arif, seorang seniman pemukul alat instrumen angklung.
Berdasarkan keterangan teman sejawat almarhum Arif, lagu Genjer-Genjer itu diangkat dari lagu dolanan yang berjudul “Tong Alak Gentak”. Lagu rakyat yang hidup di Banyuwangi itu, kemudian diberi syair baru seperti dalam lagu genjer-genjer.
Menurut Suripan Sadi Hutomo (1990: 10), upaya yang dilakukan M. Arif sesuai dengan fungsi Sastra Lisan, yaitu sebagai kritik sosial, menyindir penguasa, dan alat perjuangan.
Baca Juga: Kemenag Libatkan Kelompok Disabilitas dalam Proyek Peningkatan Kualitas Madrasah
Baca Juga: BLT Non PKH Rp500 Ribu, Begini Cara Cek Jika Terdaftar
Keterkaitan lagu Genjer dengan politik:
1. Penggunaan dalam propaganda PKI
Pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966), Partai Komunis Indonesia (PKI) melancarkan kampanye besar-besaran untuk meningkatkan popularitas. Lagu ini, yang menggambarkan penderitaan warga desa, menjadi salah satu lagu propaganda yang disukai dan dinyanyikan pada berbagai kesempatan. Akibatnya orang mulai mengasosiasikan lagu ini sebagai "lagu PKI".
2. Pelarangan oleh pemerintahan Orde Baru
Peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965 membuat rezim Orde Baru yang anti-komunisme melarang disebarluaskannya lagu ini. Menurut versi TNI, para anggota Gerwani dan Pemuda Rakyat menyanyikan lagu ini ketika para jenderal yang diculik diinterogasi dan disiksa. Peristiwa ini digambarkan pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI besutan Arifin C. Noer.
Baca Juga: Harga Tanaman Hias Janda Bolong Ugal-ugalan, Dosen Unpad Ungkap Alasannya
Baca Juga: Viral, Inilah Fakta Game Among Us, Simak Selengkapnya Disini
Dalam serangkaian peristiwa tragedi pembantaian komunis oleh TNI dan pendukung Orde Baru tahun 1965 - 1966 di Indonesia, Muhammad Arief, pencipta lagu "Genjer-genjer" meninggal dibunuh akibat dianggap terlibat dalam organisasi massa onderbouw PKI.
3. Pasca Orde Baru
Setelah berakhirnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, larangan penyebarluasan lagu "Genjer-genjer" secara formal telah berakhir. Lagu "Genjer-genjer" mulai beredar secara bebas melalui media internet. Walaupun telah diperbolehkan, masih terjadi beberapa kasus yang melibatkan stigmatisasi lagu ini, seperti terjadinya demo sekelompok orang terhadap suatu stasiun radio di Solo akibat mengudarakan lagu tersebut.
Lagu Genjer-Genjer juga digunakan sebagai lagu pembuka dan penutup dalam serial dokumenter 40 Years of Silence yang memuat sejumlah kesaksian mengenai tahun 1965-1966.
Baca Juga: Jelang Peringatan G30S PKI, Sekretaris Umum FPI : Ingat Bahayanya Komunis!
Pada tanggal 9 Mei 2016, grup musik reggae asal Mojokerto, Mesin Sampink, ditangkap polisi akibat membawakan lagu berjudul "Genjer-Genjer". Namun, pihaknya sendiri menegaskan bahwa penampilan mereka sama sekali tidak berniat untuk menyebarkan komunisme di Indonesia.
Berikut lirik lagu Genjer-genjer:
Génjér-génjér nong kedokan pating kelélér,
Génjér-génjér nong kedokan pating kelélér,
Emaké thulik teka-teka mbubuti génjér,
Emaké thulik teka-teka mbubuti génjér,
Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tulih-tulih,
Génjér-génjér saiki wis digawa mulih.
Génjér-génjér isuk-isuk didol ning pasar,
Génjér-génjér isuk-isuk didol ning pasar,
Dijéjér-jéjér diuntingi padha didhasar,
Dijéjér-jéjér diuntingi padha didhasar,
Emaké jebeng padha tuku nggawa welasah,
Génjér-génjér saiki wis arep diolah.
Génjér-génjér mlebu kendhil wédang gemulak,
Génjér-génjér mlebu kendhil wédang gemulak,
Setengah mateng dientas ya dienggo iwak,
Setengah mateng dientas ya dienggo iwak,
Sega sak piring sambel jeruk ring pelanca,
Genjer-genjer dipangan musuhe sega.
Terjemahan:
Genjer-genjer di petak sawah berhamparan
Genjer-genjer di petak sawah berhamparan
Ibu si bocah datang mencabuti genjer
Ibu si bocah datang mencabuti genjer
Dapat sebakul dia berpaling begitu saja tanpa melihat
Genjer-genjer sekarang sudah dibawa pulang
Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar
Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ibu si gadis membeli genjer sambil membawa wadah-anyaman-bambu
Genjer-genjer sekarang akan dimasak
Genjer-genjer masuk periuk air mendidih
Genjer-genjer masuk periuk air mendidih
Setengah matang ditiriskan untuk lauk
Setengah matang ditiriskan untuk lauk
Nasi sepiring sambal jeruk di dipan
Genjer-genjer dimakan bersama nasi
Disclaimer: Artikel ini hanya sekadar informasi bagi pembaca. Lingkar Madiun bertanggungjawab atas copyrights sumber berita. Hal yang berkaitan dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab sumber aslinya.