Kenali Fenomena La Nina yang Berdampak pada Anomali Cuaca di Indonesia

11 Oktober 2020, 15:18 WIB
Fenomena La Nina /Pikiran-rakyat.com

Lingkar Madiun- BMKG mengingatkan adanya fenomena La Nina di Samudera Pasifik yang dapat berdampak pada anomali cuaca yang berujung pada bencana hidrometeorologi di Indonesia.

Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan frekuensi curah hujan wilayah Indonesia pada bulan-bulan ke depan. Bahkan, diperkirakan hingga April tahun depan bisa jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan pantauan BMKG dan pusat layanan iklim ada kemungkinan terjadinya La Nina yang berkembang terus hingga mencapai intensitas La Nina Moderate pada akhir tahun 2020.

Baca Juga: Inilah 7 Golongan yang Tak Akan Lolos Kartu Prakerja Gelombang 11

Situasi ini diperkirakan mulai mereda pada Januari-Februari 2021 dan berakhir sekitar Maret-April 2021.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) juga meminta setiap daerah siaga dan menyiapkan mitigasi untuk mengantisipasi bencana alam karena ada fenomena La Nina ini.

Apa itu fenomena La nina?

Indra Gustari Kepala BMKG menjelaskan, La Nina secara umum dapat dikatakan sebagai fenomena iklim yang berlawanan dengan El Nino.

Baca Juga: Waspada Puncak Musim Hujan Indonesia di Januari-Februari 2021

Fenomena El Nino dikaitkan dengan pemanasan di Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Sedangkan, fenomena La Nina adalah kebalikannya.

Pada fenomena La Nina adalah pendinginan yang tidak biasa di mana anomali suhunya melebihi minus 0,5 derajat celcius di area yang sama dengan El Nino. La Nina merupakan anomali sistem global yang cukup sering terjadi dengan periode ulang berkisar antara 2 sampai 7 tahun.

Kejadian La Nina terjadi saat Samudera Pasifik dan atmosfer di atasnya berubah dari keadaan netral (normal) pada periode waktu 2 bulan atau lebih.

Baca Juga: Viral Tulisan Minta Tolong, Najwa Shihab: Saya Tidak Apa-Apa

Mekanisme terbentuknya La Nina secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:

Saat Angin Passat (trade wind), kolam air laut yang hangat dapat mencapai lebih jauh ke Pasifik barat. Hal ini termasuk pula Indonesia sehingga Perairan Indonesia lebih hangat dari biasanya.

Adapun Samudera Pasifik bagian tengah akan lebih dingin dari biasanya dan termoklin akan lebih dangkal di timur. Akibatnya, air laut lebih dingin dari level bawah naik ke permukaan sebagai penguatan upwelling. Konveksi dan pembentukan awan menguat di wilayah Indonesia, seiring dengan sirkulasi Walker juga menguat.

Baca Juga: Tambahan Kuota 3 Juta Penerima Program Banpres Produktif Usaha Mikro, Selengkapnya Disini!

Bagaimana dampak fenomena Lan Nina untuk Indonesia?

Dampak utama dari fenomena La Nina ke cuaca atau iklim di Indonesia  yaitu timbulnya peningkatan curah hujan. Akan tetapi, kondisi topografi di Indonesia yang berbeda-beda maka dampak La Nina di Indonesia pun tidak seragam di seluruh wilayah.

“Berdasarkan kajian ilmiah dari histori kejadian-keadian sebelumnya, dampak La Nina berupa peningkatan curah hujan terjadi terutama di bagian tengah dan timur wilayah Indonesia,” kata Indra.

Masyarakat diimbau untuk waspada dampak ikutan dari curah hujan tinggi yaitu bencana hidrometeorologis seperti banjir dan longsor.

Baca Juga: Indonesia Jalin Kerjasama Bilateral Alih Teknologi Vaksin dengan Tiongkok

Beberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat misalnya, dengan melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir. Di antaranya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih.***

*Disclaimer: Artikel ini hanya sekedar informasi bagi pembaca. Lingkar Madiun tidak bertanggung jawab atas copyrights sumber berita. Hal yang berkaitan dengan tulisan, foto, grafis, video dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab sumber aslinya.

Editor: Ika Sholekhah Putri

Tags

Terkini

Terpopuler