Jika dahulu pemetaan mutu pendidikan lewat Ujian Nasional saat ini diubah lewat Asesmen Nasional.
Nadiem mengatakan bahwa pentingnya diadakan survei karakter dan survei lingkungan belajar untuk mengakses nilai-nilai Pancasila.
Baca Juga: Konflik PSHT dan Pemuda Pancasila Sempat Tidak Ketemu! Kini Jalan Damai
“Lebih penting lagi bahkan ada survei karakter dan ada survei lingkungan belajar. Dari survei-survei ini, kita melihat bahwa mengakses nilai-nilai Pancasila yaitu kebhinekaan, toleransi, dan keamanan dalam lingkungan sekolah. Dari situlah kita akan mengukur mutu pendidikan Indonesia, jadi tak hanya berbasis pada kemajuan kognitif,“ kata Nadiem.
Baca Juga: Presiden Izinkan Pembelajaran Tatap Muka Secara Terbatas , Nadiem: Satu Kelas Hanya Diisi 25 Persen
Pihak Kemendikbud kini tengah merancang materi terkait dengan moderasi beragama untuk disisipkan dalam kurikulum program Sekolah Penggerak yang disusun bersama Kementerian Agama.
“Itu adalah kurikulum prototipe yang sedang dites dalam sekolah-sekolah penggerak. Di situlah kami akan melakukan riset mengenai konten-konten moderasi beragama di 2.500 sekolah setiap tahunnya,“ ujar Nadiem.
Sebelum ini, Kementrian Agama telah merilis buku pedoman penguatan moderasi beragama yang akan menjadi panduan di lembaga pendidikan, baik madrasah, sekolah, maupun perguruan tinggi.
Kemenag merilis 4 pedoman, yakni buku saku moderasi beragama bagi guru, buku modul pelatihan penguatan wawasan moderasu bagi guru, pedoman mengintegrasikan moderasi pada mata pelajaran agama, serta buku pegangan siswa.***