Bung Tomo termasuk orang pertama yang tidak percaya terhadap apa yang disampaikan oleh pemerintah pusat lewat Amir Syarifuddin.
Kecurigaan Bung Tomo bukan tanpa alasan, lantaran sebelum Kolonel P.J.G Huijer, selaku perwira tentara sekutu berkebangsaan Belanda yang datang pertama kali di Surabaya sebagai utusan Laksamana Pertama Patterson selaku Pimpinan Angkatan Laut Sekutu di Asia Tenggara membawa misi rahasia dari pimpinan tertinggi Angkatan Laut Kerajaan Belanda.
Di Surabaya, Huijjer menentang revolusi yang dikobarkan pejuang Indonesia. Sikap Huijjer ini memancing kemarahan para pejuang di Surabaya.
Huijjer ditangkap dan ditawan oleh aparat keamanan Indonesia di Kalisosok. Militer Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda.
Baca Juga: 3 Manfaat Jarang Diketahui, Setelah Makan Raja Buah, Salah satunya Penurunan Nyeri Penyakit Kronis
Nica ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal tersebut memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintah NICA.
Tak lama berselang setelah kapal Inggris merapat di Tanjung Perak, Surabaya. Dua orang perwira staf Mallaby selaku Komandan Kerajaan Inggris menemui Gubernur Soerjo.
Dua orang perwira staf Mallaby tersebut bermaksud mengajak Gubernur Soerjo dan seorang wakil BKR untuk melakukan perundingan. Namun ajakan tersebut ditolak oleh Gubernur Soerjo.