LINGKAR MADIUN – Siapa yang tak kenal sosok Jenderal Ahmad Yani? Ya, beliau merupakan salah seorang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang menjadi korban dalam tragedi Gerakan 30 September/PKI silam.
Dalam sejarahnya, sosok Jenderal kelahiran Jenar, Purworejo pada 19 Juni 1922 ini dikenal tenang dalam setiap tindakannya. Bahkan Yani kecil sudah banyak disegani oleh teman-temannya karena sikapnya yang berani sekaligus berprestasi.
Dilansir Lingkar Madiun dari ZonaBanten.com dalam Pikiran-Rakyat.com, Jenderal Ahmad Yani memegang jabatan Menteri/Panglima Angkatan Darat tepat pada saat situasi politik di tanah air tengah didominasi PKI.
Baca Juga: Dana Awal Kampanye Gibran-Teguh Ternyata Lebih Besar Dibanding Bagyo-Suparjo Sebesar 25 juta
Baca Juga: Ternyata ini Nabila Atmaja, Pemeran Rania Dalam 'Cinta Tapi Benci' Sinetron Terbaru SCTV
Sebelumnya, pada September 1948 pangkat Ahmad Yani dinaikkan menjadi Letnan Kolonel. Kenaikan jabatannya tersebut bersamaan dengan PKI yang mulai melancarkan aksi pemberontakan.
Semakin hari, usaha PKI untuk merongrong negara semakin menggebu-gebu. Dampaknya bahkan dirasakan hingga ke TNI AD, dimana mereka mendapatkan tuduhan-tuduhan yang jauh dari kebenaran.
PKI terus berusaha mencari celah untuk merebut kekuasaan negara. Puncaknya ialah pemberontakan yang mereka lancarkan pada tanggal 30 September 1965 yang kemudian dikenal dengan nama G30S PKI.
Baca Juga: Dana Awal Kampanye Gibran-Teguh Ternyata Lebih Besar Dibanding Bagyo-Suparjo Sebesar 25 juta