Norovirus Ternyata Sudah Ada di Indonesia, Bagaimana Cara Pencegahan dan Penanganannya?

- 20 Oktober 2020, 09:57 WIB
ilustrasi sakit perut.
ilustrasi sakit perut. /klikdokter

LINGKAR MADIUN- Baru-baru ini dunia yang belum "sembuh" dengan covid-19 sudah digegerkan kembali dengan hadirnya Norovirus. Otoritas Kesehatan China beberapa waktu laliu mengatakan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi akibat Norovirus yang menyerang pencernaan.

Ternyata, Norovirus sendiri bukanlah virus yang baru hanya booming akhir-akhir ini karena China mengumumkannya sebagai KLB serta masih belum selesainya masalah mengenai virus corona yang melanda dunia.

Norovirus sendiri merupakan virus yang menyebabkan gangguan pencernaan sebab menginfeksi bagian usus atau biasa disebut dengan gastroenteritis.

Baca Juga: Dukung Pemulihan Ekonomi,KemenPUPR Libatkan Pelaku UMKM dalam Pembangunan Infrastruktur

Baca Juga: Jelang Dynamo Kiev vs Juventus Liga Champions: Ronaldo Absen, Juventus Tetap Unggul Hanya Di SCTV

Hal ini diungkapkan langsung oleh Prof Dr. dr Ari Fahrial Syam SpPD(K) yang merupakan guru besar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM pada saat melakukan siaran pers di Jakarta pada Senin, 19 Oktober 2020 sebagaimana dikuti dari Antara.

"Virus ini sebenarnya bukan virus yang baru. Norovirus menjadi salah satu penyebab terjadinya infeksi usus akut (gastroenteritis) di seluruh dunia," ungkap Ari

Ari juga menambahkan bahwa di Indonesia sendiri, virus tersebut sudah mulai bermunculan sesuai dengan lapran peneliti Indonesia di dalam Jurnal of Medical Virology pada Mei 2020. Penelitian tersebut menerangkan jika dari 91 sampel feses yang diambil ternyara ada 14 yang terinfeksi oleh norovirus.

Baca Juga: Pilkada Serentak 2020 Akan Sukses Jika Penuhi Indikator Ini

Baca Juga: Tangkal Isu Hoax, Kominfo Giatkan Literasi Digital

"Sampel penelitian yang dilakukan tahun 2019 tersebut diambil dari beberapa Rumah Sakit di kota Jambi. Kasus yang sama juga pernah dilaporkan dari beberapa kota di Indonesia", tambahnya.

Norovirus sendiri menular melalui makanan atau biasa disebut dengan food borne. Ia juga menambahkan apabila gejala dari Norovirus sendiri seperti keracunan makanan seperti; deman, nyeri perut, diare, mual, dan muntah.

Gejala klinis umumnya dapat langsung dirasakan setelah 24 jam mengonsumsi makanan yang tercemar virus tersebut. Berdasarkan informasi yang diterima melalui CDC dan Prevention Tiongkok, sudah lebih dari 30 KLB sudah terjadi sejak September 2020 serta telah melibatkan 1.500 kasus yang dilaporkan berasal dari kantin yang makannya tercemar.

"Biasanya bermula dari restoran yang makannya tercemar norovirus dan akhirnya meninmbulkan Kejadian Luar Biasa karena semua pelanggan terinfeksi virus tersebut", jelas Ari.

Baca Juga: Bio Farma Akan Produksi 17 Juta Vaksin Covid 19 Setiap Bulan

Baca Juga: MasterChef Season 7 Kian Kompetitif, Chika dan Isman Harus Pulang Karena Ramos

Menurutnya, untuk tindakan pencegahan agar tidak terjadi KLB adalah menjaga kualitas makanan tetap baik dan bersih baik tingkat rumah tangga, kantin, sampai restoran. Selain itu masyarakat juga diimbau untuk eajin cuci tangan menggunakan sabun.

Untuk penangannya sendiri bisa dengan diberikan obat-obatan untuk menguragi gejala dan mencegah dehidrasi pada penderita.

"Sampai saat ini prinsip penanganan kalau terinfeksi oleh virus ini adalah dengan pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejala serta mencegah terjadinya degidrasi akibat muntah dan diare. Mengganti makanan yang lebih lunak seperti bubur dan hindari makanan berlemak dan penas", pungkasnya.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x