Menengok Sejarah Letusan Gunung Merapi dari Masa ke Masa

- 13 November 2020, 20:52 WIB
Ilustrasi Erupsi Gunung Merapi
Ilustrasi Erupsi Gunung Merapi /twitter BPPTKG Mgid

 

LINGKAR MADIUN -Gunung Merapi merupakan gunung berketinggian 2.986 meter di atas permukaan laut yang terletak di perbatasan empat kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. Secara geografis berada pada 7° 32'30" LS dan 110° 26'30" BT.

Berdasarkan tatanan tektoniknya, Gunung Merapi terletak di zona subduksi, di mana Lempeng Indo-Australia menunjam di bawah Lempeng Eurasia yang mengontrol vulkanisme di Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Merapi sekaligus menjadi salah satu gunung aktif yang berada di Indonesia dan telah beberapa kali mengalami erupsi.

Dikutip Tim Lingkar Madiun dari situs resmi Badan Geologi Kementerian ESDM, Sejarah letusan Gunung Merapi mulai tercatat sejak awal masa kolonial Belanda, sekitar abad XVII. Sedangkan Letusan di tahun-tahun  sebelumnya tidak tertulis secara jelas. 

Baca Juga: Resep Cara Membuat Soto Ayam Lamongan dan Soto Ayam Kampung Enak dan Anti Gagal

Secara umum,sejarah letusan Gunung Merapi dari masa ke masa dapat dirangkum sebagai berikut:

Pada periode 3000-250 tahun yang lalu

tercatat lebih kurang 33 kali letusan, di mana 7 tujuh di antaranya merupakan letusan besar.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa letusan besar terjadi sekali dalam 150-500 tahun (Andreastuti dkk, 2000).

Memasuki abad ke- 16 hingga 19

Pada periode Merapi baru telah terjadi beberapa kali letusan besar yaitu abad ke-19 (tahun 1768, 1822, 1849, 1872).

Berdasarkan data yang tercatat sejak tahun 1600-an, Gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali atau rata-rata sekali meletus dalam 4 tahun.

Masa istirahat berkisar antara 1-18 tahun, yang berarti masa istirahat terpanjang yang pernah tercatat adalah 18 tahun.

Secara umum, letusan Merapi pada abad XVIII dan abad XIX masa istirahatnya relatif lebih panjang, sedangkan indeks letusannya lebih besar.

Akan tetapi tidak bisa disimpulkan bahwa masa istirahat yang panjang, menentukan letusan yang akan datang relatif besar.

Baca Juga: Pemerintah Gelar Simulasi Protokol 3K, Wishnutama : Kita Sebaiknya Melakukan Re-Strategy

Pada  Abad ke-20

Letusan Merapi pada abad ke-20 yaitu sekitar periode 1930-1931. Aktivitas Merapi pada abad XX terjadi minimal 28 kali letusan, di mana letusan terbesar terjadi pada tahun 1931. Sudah tiga perempat abad tidak terjadi letusan besar.

Erupsi abad ke-19 jauh lebih besar dari letusan abad XX, di mana awan panas mencapai 20 kilometer dari puncak.Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun (Newhall, 2000).

Periode 1994

Bencana Merapi meletus selanjutnya terjadi  pada Selasa Kliwon, 22 November 1994, dengan arah letusan terlihat menyimpang ke arah selatan yaitu ke hulu Kali Boyong, terletak antara bukit Turgo dan Plawangan.Dimana saat itu menelan korban nyawa hingga 68 orang dari Desa Turgo, Tegal, Titis dan Ngandong

 Baca Juga: Kenali Gejala Alergi Obat dan Penanganan Pertamanya, Jangan Panik

 

Periode 2006

Pada 2006,Merapi kembali erupsi namun terjadi perubahan arah dari barat daya ke arah tenggara, dengan membentuk bukaan kawah yang mengarah ke Kali Gendol.Pada erupsi 2006 diawali dengan pertumbuhan kubah lava dan pada puncak erupsi ada awan panas.

Letusan Merapi pada 2006 memuntahkan material 10 juta meter kubik dengan jarak luncur awan panas mencapai tujuh kilometer.

Tingkat kegempaan per hari tercatat VT maksimal 20 kali, MP atau hembusan maksimal 250 kali, dan guguran maksimal 20 kali.

Baca Juga: Berbagai Mitos Friday the 13th, Simak Ulasannya

 

Periode 2010

Merapi kembali melakukan erupsi hebat pada 26 Oktober 2010. Sebelumnya Gunung Merapi dinaikkan statusnya dari siaga menjadi awas.

Peningkatan ini membuat 40.000 warga yang tinggal di kawasan rawan bencana III atau dalam radius 10 kilometer dievakuasi.

Akibat letusan ini menewaskan ratusan warga, salah satunya adalah sang juru kunci gunung, mbah Maridjan.

Erupsi Merapi 2010 muncul kolom letusan awan panas dengan VEI IV. Material letusan kala itu mencapai 130 juta meter kubik dengan jarak luncur awan panas 15 kilometer.

Tingkat kegempaan per hari tercatat VT maksimal 200 kali, MP maksimal 600 kali, dan guguran maksimal 400 kali.

 

Periode 2018

Letusan Merapi tahun 2018 terpantau relatif aman sebab hanya menghasilkan material letusan kurang dari 100 ribu m3 dengan lontaran material jatuhan dalam radius kurang dari 3 km dari puncak.

Letusan tahun 2018 ini tidak memberikan prekursor yang jelas yang didominasi oleh pelepasan gas.

 Baca Juga: Tetap Asyik Liburan Tipis-Tipis di Madiun, Berikut Spot Wisatanya

 

Periode 2020

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan dari hasil pantauannya terhadap aktivitas vulkanik di Gunung Merapi, status Merapi ditingkatkan dari level Waspada menjadi Siaga sejak 5 November 2020 pukul 12.00 WIB.

Dengan meningkatnya menjadi level Siaga, masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

BPPTKG memperkirakan daerah-daerah yang harus bersiaga meliputi: Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah. Dengan rincian, DIY untuk wilayah Kabupaten Sleman, khususnya di Kecamatan Cangkringan, yang meliputi Desa Glagaharjo, Kepuharjo dan Umbulharjo.

Sementara daerah berbahaya di Jawa Tengah yakni di Kabupaten Magelang, Kecamatan Dukun seperti Desa Ngargomulyo, Krinjing dan Paten. Selain itu, Kabupaten Boyolali, Kecamatan Selo seperti Desa Tlogolele, Klakah dan Jrakah. Kemudian, Kabupaten Klaten, Kecamatan Kemalang seperti Desa Tegal Mulyo, Sidorejo dan Balerente.***

 

 

 

 

 

 

 

 

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika

Sumber: Kementerian ESDM


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah