Menyedihkan, Gara-gara Pemerintah Lalai, Letusan Semeru Sebabkan Banyak Korban

- 6 Desember 2021, 20:45 WIB
Gunung Semeru yang meletus dan memakan banyak korban jiwa seharusnya bisa dihindari dengan upaya antipasi berikut ini.
Gunung Semeru yang meletus dan memakan banyak korban jiwa seharusnya bisa dihindari dengan upaya antipasi berikut ini. /Pixabay/StockSnap/

LINGKAR MADIUNGunung Semeru meletus atau erupsi pada tanggal 4 Desember 2021 kemarin.

Akibatnya, awan panas dan abu vulkanik tersembur keluar hingga menutupi 4 kecamatan.

Hingga 6 Desember 2021, setidaknya tercatat ada 14 korban jiwa yang ditemukan. Sebagian besar terkubur di dalam lahar dingin.

Hal ini disoroti oleh BPBD Lumajang, bahwa adanya korban jiwa dan korban luka bisa dihindari dan diminimalisir jika adanya antisipasi dari pemerintah.

Baca Juga: Merinding, Ini Pengakuan dan Keanehan Warga Sebelum Gunung Semeru Meletus, Simak Selengkapnya

Dilansir LINGKAR MADIUN, sayangnya, pemerintah kurang memberikan antisipasi bencana apapun, termasuk bencana gunung meletus.

Dilaporkan bahwa, di sekitar Gunung Semeru, terutama di wilayah Desa Curah Kobokan yang terdampak parah tak dipasang Early Warning System (EWS).

Informasi ini disampaikan oleh Kepala Bidang Kedaruratan dan Rekonstruksi BPBD Lumajang, Joko Sambang pada Minggu, 5 Desember 2021.

Joko mengakui, timbulnya banyak korban akibat letusan gunung ini karena kurangnya langkah antisipasi sebelumnya.

Baca Juga: Prihatin, Begini Kondisi Terkini Warga di Lereng Gunung Semeru Pasca Erupsi dan Turunnya Lahar

Yakni pemasangan Early Warning System (EWS) di lokasi yang berfungi untuk mendeteksi peringatan dini bencana.

Menurut Joko, alat yang terpasang hanyalah seismometer di Dusun Kamar A untuk memantau pergerakan air dari atas bagi para penambang.

"Alarm (EWS) tidak ada, hanya sismometer di daerah Dusun Kamar A. Itu pun untuk memantau pergerakan air dari atas agar bisa disampaikan ke penambang di bawah," kata Joko Sambang dari BPBD Lumajang..

Joko menjelaskan, sebelum letusan Gunung Semeru, seismometer menangkap getaran kenaikan debit air mencapai 24 amak.

Baca Juga: 3 Gunung Selain Semeru Diprediksi Akan Meletus, Ramalan Indigo dan Data BMKG Sesuai!

Sementara itu, aktivitas di puncak Gunung Semeru tidak terlihat karena tertutup kabut tebal.

Tidak ada informasi, minim peringatan, dan kurangnya edukasi bahaya lava panas juga menjadi penyebab warga terlambat menyelamatkan diri.

Parahnya lagi, saat terjadi guguran awan panas, sejumlah warga masih menyempatkan diri untuk menyaksikannya di lokasi pertambangan.

"Saat ada awan panas guguran di sungai, banyak orang yang malah melihat dan mengambil video. Karena masyarakat tidak paham bahaya awan panas dan bahaya lava dingin," katanya.

Baca Juga: Mengejutkan, Ternyata Ini Peringatan dan Pesan Utusan Nyi Roro Kidul Terkait Peristiwa Gunung Semeru Meletus 

Dilaporkan ada sekitar 902 warga mengungsi  di sejumlah titik pengungsian.

Sebanyak 305 orang di antaranya berada di lokasi yakni SDN Supiturang 04, Masjid Baitul Jadid Supiturang, SDN Oro-Oro Ombo 3, SDN Oro-Oro Ombo 2.

Selebihnya mengungsi ke Masjid Permukiman Dusun Kampung Renteng Desa Oro-Oro Ombo, Balai Desa Oro-Oro Ombo, Balai Desa Sumberurip, dan SDN Sumberurip 2.

Baca Juga: BREAKING NEWS! Gunung Semeru Meletus, Bupati Lumajang: Ini Lebih Parah dari Tahun Kemarin!

Kemudian 409 orang mengungsi di lima titik balai desa di Kecamatan Candipuro.

Dilaporkan 188 orang mengungsi di empat titik yang terdiri dari tempat ibadah dan balai desa di Pasuruan.

Sejauh ini ada laporan sebanyak 41 orang mengalami luka bakar dan dirawat di sejumlah rumah sakit di Lumajang.

Bahkan, ada korban luka yang merupakan ibu hamil dengan usia kandungan masing-masing sembilan dan delapan bulan.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah