Jadi Inspirasi, Inilah Kisah Kehebatan Surat-Surat Kartini yang Mampu Mengubah Pandangan Perempuan Dunia

- 20 April 2021, 19:08 WIB
Ilustrasi Kartini yang diperankan aktris Indonesia Dian Sastrowardoyo
Ilustrasi Kartini yang diperankan aktris Indonesia Dian Sastrowardoyo /Instagram @angandre.blessing/

Lingkar Madiun- Raden Ajeng Kartini adalah cermin perjuangan sulit kaum perempuan di awal abad ke-20. Dimana saat itu harkat perempuan terperosok di sumur, dapur, dan kasur, batin Kartini menjadi gelisah.

Kartini lalu mencetuskan perubahan besar bagi kebangkitan perempuan Indonesia. Hal berharga yang bisa dipetik dari Kartini adalah 150 suratnya kepada J.H Abendanon dan istrinya, Rosa Manuela Mandri.

Baca Juga: Jalankan Konsep Smart City, Walikota Maidi : Akan Dikombinasikan dengan Penanganan Covid-19

Surat-surat Kartini juga ditujukan kepada para sahabat penannya yang sebagian besar orang Belanda. Sahabat pena pertamanya adalah Stella M. Zeehandelaar yaitu seorang anggota militan pergerakan feminis di Belanda. “Panggil aku Kartini saja” begitu tulis Kartini dalam surat perkenalannya kepada perempuan Belanda tersebut.

Sahabat pena kartini yang lain adalah Nyonya M.C.E. Ovink, istri asisten residen yang pernah bertugas di Jepara. Serta Dr. N. Adriani, ahli bahasa yang gemar surat-menyurat.

Baca Juga: Suporter Liverpool Gelar Aksi Protes European Super League di Depan Anfield

Dari surat-suratnya terlihat Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Perhatiannya tidak hanya semata-semata soal emansipasi perempuan, namun juga terkait masalah sosial umum.

Kartini melihat perjuangan perempuan agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Dari kalimat-kalimat di suratnya, terasa juga betapa sahabat penannya Rosa Abendanon telah memberi pengaruh besar terhadap pemikiran Kartini.

Baca Juga: Menurut Penelitian Inilah Manfaat Puasa Bagi Penderita Diabetes Sangat Efektif

Kepada Nyonya Abendanon-lah Kartini menumpahkan semua pemikiran, cita-cita, juga isi hatinya (termasuk penderitaannya) lewat ratusan lembar surat yang ditulis dengan tangannya sendiri.Saking sayangnya, Kartini kerap menyapa Rosa dengan sebutan “Ibuku Tercinta” atau “Kekasihku Tersayang.”

Setidaknya ada sekitar 150 surat yang dikirim Kartini dan kedua adiknya kepada Rosa. Dari jumlah tersebut, Kartini menulis sekitar 95 surat.

Tata bahasa Belandanya yang bagus membuat beberapa pihak setempat meragukan bahwa surat-surat tersebut bukan ditulis oleh Kartini sendiri.

Namun, seiring perjalanan waktu dan berbagai investigasi, terbukti bahwa surat-surat terssebut memang ditulis oleh Kartini.

Baca Juga: Coba Pakai Kaus Kaki Sebelum Tidur, Mampu Memberi Sinyal Pada Otak Sehingga Meningkatkan Kualitas Kehidupan

“Seperti juga The Diary of Anne Frank, surat-surat Kartini ditulis layaknya kepada seorang sahabat yang sangat dihormatinya. Isinya lebih tepat disebut curahan hati, terkadang riang, di saat lain sangat emosional. Kadang-kadang ia menceritakan kejadian sehari-hari, tetapi tak jarang meletup buah pikiran dan cita-citanya yang terhitung sangat progresif untuk zamannya,” sebagaimana ditulis dalam buku RA Kartini Biografi Singkat 1879-1904 oleh Imron Rosyadi.

Gaya penulisan Kartini juga sistematis dan sangat mengalir dalam bahasa Belanda, sehingga enak dibaca, layaknya karya penulis profesional.

Baca Juga: Ikatan Cinta Hari Ini, Angga Berhasil Membongkar Makam dan Membuat Al Lega, Michelle Lapor Kepada Mama Rosa?

Memahami Kartini tentunya kita jangan membayangkan konteks zaman sekarang, dengan berbagai gadget canggih, yang bisa menghubungkan kita dengan setiap sudut dunia.

Saat Kartini menulis surat-suratnya, ia hanyalah seorang gadis Jawa berusia 21 tahun di sebuah kota kecil di pesisir Jawa.

Dengan pemahaman tersebut, kita pantas menyimpulkan bahwa Kartini adalah perempuan genius pada zamannya. Surat-surat Kartini tersebut kemudian dikumpulkan dan diterbitkan pertama kali oleh J.H Abendanon suami Rosa dalam bahasa Belanda.

Baca Juga: Mekanisme Penyaluran Bansos Selama Dua Tahap, Penerima Bansos Wajib Tahu!

Cetakan pertama diterbitkan oleh s-Gravenhage, Van Dorp (1911) dengan judul Door Duisternis Tot Lich dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah (Sunda, Jawa), serta sejumlah bahasa asing.

Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa.

Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia.***

 

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika

Sumber: Buku RA Kartini Biografi Singkat 1879-1904 Karya Imron Rosya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah