Simpati dengan ISIS K, Pria di Selandia Baru Ini Serang Warga dengan Pisau

8 September 2021, 08:41 WIB
Ilustrasi penusukan di Selandia Baru. /pixabay/

 

LINGKAR MADIUN - Masyarakat Selandia Baru dihebohkan dengan seorang teroris yang menyerang warga karena terinspirasi oleh kelompok negara Islam ISIS.

Teroris tersebut bersimpati terhadap perjuangan ISIS K (ISIS Khurasan) yang dibom Amerika Serikat beberapa minggu yang lalu.

Polisi Selandia Baru terpaksa membunuh sang teroris dengan tembakan setelah ia melepaskan serangan pisau yang melukai enam orang di sebuah supermarket di Auckland.

Baca Juga: Seorang Pria Vietnam Mendapat Hukuman 5 Tahun Penjara Akibat Menyebarkan Covid-19, Begini Penjelasannya

Dilansir lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com dari Kantor Berita AP, tiga pembeli supermarket yang terkena tusukan teroris tersebut langsung dibawa ke rumah sakit Auckland karena dalam kondisi kritis.

"Satu orang dalam kondisi serius, sementara dua lainnya dalam kondisi sedang," ungkap polisi di Auckland.

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, menggambarkan kekerasan itu sebagai serangan teror.

Baca Juga: Jelang Chelsea Vs Aston Villa, Kante Alami Cedera Membuka Peluang Debut Saul Niguez Bersama The Blues

Dia mengatakan pria tersebut adalah warga negara Sri Lanka yang terinspirasi oleh kelompok negara Islam ISIS, dan selama ini sudah mendapatkan pengawasan yang baik oleh badan keamanan negara Selandia Baru.

Ardern mengatakan, dia sebenarnya sudah diberitahu secara pribadi tentang pria tersebut beberapa tahun lalu, tetapi tidak ada alasan hukum baginya untuk ditahan.

"Seandainya dia melakukan sesuatu yang memungkinkan kita memasukkannya ke penjara, dia pasti sudah dipenjara," kata Ardern.

Baca Juga: Isolasi Mandiri Selesai, Cristiano Ronaldo Jalani Latihan Pertama di Manchester United

Penyerangan terjadi sekitar pukul 14.40 WIB di supermarket Countdown di Auckland, kota terbesar di Selandia Baru.

Komisaris Polisi Andrew Coster mengatakan bahwa tim pengawasan polisi dan kelompok spesialis taktik telah mengikuti pria tersebut sejak dari rumahnya hingga ke supermarket.

Tetapi tim pengawas tidak berpikir bahwa ia akan merencanakan serangan seperti itu pada hari Jumat, 3 September 2021 kemarin.

Baca Juga: Tragis! Mantan Marinir AS Membunuh Bayi, Nenek, 2 Lainnya di Florida Saat Mabuk Sabu

"Pria itu tampak seperti orang yang pergi ke toko untuk berbelanja bahan makanan," kata Coster.

"Dia memasuki toko seperti yang dia lakukan sebelumnya. Dia mendapatkan pisau dari dalam toko," tambah Coster.

Saksi mata mengatakan pria tersebut meneriakkan "Allahu akbar" dan mulai menikam pembeli secara acak hingga membuat orang berlarian dan berteriak.

Baca Juga: 8 Zodiak Diguyur Hoki, Rabu 8 September 2021! Nasib Baik Bakal Mengiringi Ada Doa Malaikat yang Menaungi

Coster mengatakan bahwa ketika keributan dimulai, dua polisi dari kelompok taktik khusus langsung bergegas mendekatinya.

Dia mengatakan pria itu juga akan menyerang polisi dengan pisau, sehingga polisi segera menembak dan membuatnya tewas.

Video pengamatan CCTV yang diambil dari dalam supermarket, merekam 10 suara tembakan yang dilepaskan secara berurutan oleh polisi pada teroris tersebut.

Baca Juga: Spoiler dan Link Baca One Piece Chapter 1025: Luffy dan Momonosuke Sudah Tiba di Onigashima

Coster mengatakan akan cukup banyak orang yang bisa diselamatkan jika polisi bergerak lebih cepat.

Dia mengatakan pria itu sangat sadar akan pengawasan terus-menerus yang sudah dilakukan oleh polisi selama ini.

"Entah itu bagian dari reaksinya saat diawasi oleh polisi ataupun sudah ia rencanakan, kami tidak tahu," ungkap Coster.

Baca Juga: Ribuan Pejuang Anti-Taliban Dapat Kembali 'Kapan Saja', Massoud: Kami Belum Mati, Kami Masih Hidup

Ardern mengatakan serangan itu kejam dan tidak masuk akal, dan dia menyesal hal tersebut telah terjadi.

"Apa yang terjadi hari ini sangat memalukan. Itu penuh kebencian. Itu salah," kata Ardern.

"Ini dilakukan oleh satu orang, bukan agama, bukan budaya, bukan etnis, tetapi seorang individu yang dicengkeram oleh ideologi yang tidak didukung di sini oleh siapa pun atau komunitas mana pun," tambahnya.

Baca Juga: Prancis vs Finlandia: Antonie Griezmann Sumbang Dua Gol, Prancis Kokoh di Puncak Klasemen Grup

Ardern mengatakan pria itu pertama kali pindah ke Selandia Baru pada tahun 2011, dan telah dipantau aktivitasnya oleh badan keamanan sejak tahun 2016.

Dia mengatakan, pihak berwenang yakin dia bertindak sendiri. Tidak ada tanda-tanda keikutsertaannya dalam organisasi, sifatnya hanya simpati kepada ISIS K di Afghanistan.

Ardern mengatakan batasan hukum yang diberlakukan oleh pengadilan Selandia Baru membatasinya membicarakan semua yang dia tahu tentang kasus ini, tetapi dia berharap batasan itu segera dicabut.

Baca Juga: Hasil Belanda vs Turki: Memphis Depay Hattrick, Belanda Bungkam 10 Pemain Turki 6-1 di Kualifikasi Piala Dunia

Menurutnya, pencabutan tersebut akan membuat masyarakat tahu bagaimana cara kerja teroris dan apa yang seharusnya kita lakukan.

Perlu diketahui, beberapa pembeli di supermarket mencoba membantu mereka yang terluka dengan mengambil handuk dan popok atau apa pun yang bisa mereka temukan dari rak.

"Untuk semua orang yang ada di sana dan yang menyaksikan peristiwa mengerikan seperti itu, saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan mereka setelahnya," kata Ardern.

Baca Juga: 6 Perkara Ini Bisa Selamatkan Manusia dari Siksa Kubur Jika Mau Mentaatinya, Simak Begini Ulasannya

"Tapi terima kasih telah datang membantu mereka (korban) saat mereka membutuhkanmu," sambung Ardern.

Perlu diketahui, Auckland berada dalam lockdown yang ketat karena memerangi wabah virus Corona.

Sebagian besar bisnis tutup dan orang-orang pada umumnya diizinkan meninggalkan rumah mereka hanya untuk membeli bahan makanan, kebutuhan medis, atau berolahraga di luar ruangan.

Baca Juga: Terbukti, Coba Konsumsi Daun Wangi Ini Secara Rutin! Mampu Cegah Penuaan Dini Hingga Perangi Kanker Berbahaya

Di sisi lain, Pemerintah Sri Lanka menyatakan keterkejutan dan kesedihan atas serangan yang dikaitkan dengan seseorang asal Sri Lanka.

"Sri Lanka mengutuk kekerasan yang tidak masuk akal ini, dan siap untuk bekerja sama dengan pihak berwenang Selandia Baru dengan cara apa pun yang diperlukan," kata Kementerian Luar Negeri Sri Lanka dalam sebuah pernyataan.

Ideologi ekstremis jarang terjadi di Selandia Baru, apalagi negara ini cukup jauh dari hingar bingar pengawasan politik dunia.

Baca Juga: 7 Penyakit Ringan Hingga Berat Sembuh Seketika Cukup Pakai Ramuan Herbal dari Daun Sejuta Nama Ini

Ardern mengatakan hanya sejumlah kecil orang yang akan menjadi sasaran pengawasan ketat seperti itu.

Kisah terorisme di Selandia Baru juga pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2019, seorang supremasi kulit putih menembaki dua masjid di Christchurch yang menewaskan 51 orang dan melukai puluhan lainnya.

Setelah mengaku bersalah tahun lalu, Brenton Tarrant dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.

Baca Juga: 6 Zodiak Diburu Rezeki Minggu Ini Mulai 8-12 September 2021, Bergelimang Uang Penuh Kasih Sayang

Pembunuhan tersebut memicu perubahan pada undang-undang senjata di Selandia Baru yang kini telah melarang jenis senjata semi-otomatis paling mematikan digunakan.

Di antara mereka yang mengutuk serangan Jumat, 3 September 2021 itu adalah anggota Masjid Al Noor di Christchurch yang menjadi pusat serangan masjid dua tahun lalu.

"Kami berdiri bersama para korban insiden mengerikan itu (di Auckland)," kata Gamal Fouda, imam Masjid Al Noor.

Baca Juga: 5 Hal yang Dapat Melemahkan Setan dan Jin, Salah Satunya Akan Mati Jika Nekat Curi Informasi dari Langit

"Kami sangat mengerti perasaan mereka dan merasakan sendiri sakitnya terorisme," tambahnya. ***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Tags

Terkini

Terpopuler