LINGKAR MADIUN - Jika kita mendengar seseorang tertawa, maka secara tidak langsung kita juga akan merasa bahagia.
Namun berbeda ceritanya dengan apa yang terjadi di Kashasha, Tanzania di mana semua anak-anak di sebuah desa di sana tertawa terus menerus tanpa henti.
Dilansir dari Chicago Tribune pada 29 Juli 2003, wabah tawa dimulai pada tanggal 31 Januari 1962, di sebuah sekolah asrama yang dikelola untuk anak perempuan di Kashasha.
Ini dimulai dari tiga gadis, yang kemudian menyebar ke seluruh sekolah, mempengaruhi 95 dari 159 murid yang berusia 12–18 tahun, dan gejala berlangsung dari beberapa jam hingga 16 hari.
Staf pengajar tidak terpengaruh, dan melaporkan bahwa siswa tidak dapat berkonsentrasi pada pelajaran mereka, kemudian sekolah ditutup pada 18 Maret 1962.
Epidemi menyebar ke Nshamba, sebuah desa di mana beberapa wanita tinggal.
Baca Juga: Mengenal Ciri Fisik Nabi Isa Alaihi Salam, Nabi yang Akan Membunuh Dajjal di Akhir Zaman
Pada bulan April dan Mei, 217 penduduk desa yang sebagian besar masih muda mengalami serangan tawa.
Setelah itu, sekolah Kashasha dibuka kembali pada 21 Mei 1962, dan ditutup kembali pada akhir Juni.
Awal bulan itu, epidemi tertawa menyebar ke sekolah menengah putri Ramashenye, dekat Bukoba, dan mempengaruhi 48 gadis.
Sekolah Kashasha sempat digugat karena mengizinkan anak-anak dan orang tua mereka menularkannya ke daerah sekitar.
Namun 18 bulan kemudian, fenomena itu berhasil mereda.
Laporan tawa secara luas disertai dengan pingsan, perut kembung, masalah pernapasan, ruam, menangis, dan menjerit.
Secara keseluruhan, 14 sekolah ditutup dan 1.000 orang terkena dampaknya.
Christian F. Hempelmann dari Universitas Purdue, Amerika Serikat, telah berteori bahwa fenomena itu disebabkan oleh stres.
Meskipun begitu, sampai sekarang belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab merebaknya wabah tertawa tersebut. ***