“Protein ‘spike’ ini bertanggung jawab untuk mengikat sel dan memudahkan virus memasuki sel," kata Banks.
Karena lonjakan protein mampu melewati membran darah pada otak, Banks dan rekan penelitinya percaya kemungkinan seluruh virus SARS-CoV-2 dapat langsung masuk ke otak.
Baca Juga: Menristek Restui Unair Garap Vaksin Merah Putih
Bahkan, lebih parah lagi, protein ‘spike’ ini dapat terlepas dan bersirkulasi yang berarti bahwa efek neurologis pada penderita COVID-19 sebenarnya terjadi karena protein yang lepas tersebut.
Memang, selama berbulan-bulan para ahli telah mencatat bahwa banyak orang yang terinfeksi COVID-19 mengalami semacam kabut mental.
Sebuah penelitian kecil di Prancis menemukan bahwa hampir 35% pasien dengan COVID-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami kesulitan karena kehilangan ingatan beberapa bulan kemudian.
Banks dan rekan penelitinya percaya bahwa penelitian pada hewan akan memberikan menawarkan penjelasan yang masuk akal untuk efek neurologis jangka panjang ini.
Namun, para ahli yang tidak terlibat langsung dalam penelitian baru tersebut mengatakan bahwa penelitian tersebut harus ditanggapi dengan hati-hati.
Baca Juga: Inggris Mulai Gunakan Vaksin COVID-19 Pfizer Minggu Ini
Niket Sonpal, seorang internis dan profesor di Touro College di New York City mengungkapkan bahwa virus ini masih perlu dipeljari lebih dalam lagi.