LINGKAR MADIUN - Sebelum meninggalkan Afghanistan, Amerika Serikat memilih untuk melepaskan serangan terakhirnya ke negara tersebut.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Selasa, 14 September 2021, bahwa dirinya tidak tahu apakah serangan terakhir menewaskan seorang pekerja bantuan atau seorang militan ISIS-K.
Blinken mengatakan bahwa sekarang penyelidikan sedang berlangsung.
Serangan tersebut memang dilangsungkan untuk menyerang militan ISIS-K tanpa ada niatan buruk untuk melukai masyarakat sipil.
Dilansir lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com dari AFP pada 16 September 2021, sebuah pesawat tak berawak (drone) berjenis Reaper menurunkan bom dan menghantam sebuah mobil di Kabul.
Washington mengatakan bahwa serangan itu mengganggu rencana gerakan ekstremis ISIS-K untuk serangan baru di bandara Kabul.
Namun saudara laki-laki Ezmarai Ahmadi, seorang pekerja untuk kelompok bantuan yang berbasis di AS terbunuh.
Kepada AFP, ia mengatakan bahwa anggota keluarganya meninggal karena serangan tersebut.
Sebuah investigasi video oleh The New York Times menemukan bahwa Ahmadi saat itu sedang memindahkan galon air, dan tidak sedang melakukan tindakan-tindakan provokatif.
Terkait insiden tersebut, Komite Hubungan Luar Negeri Senat menanyakan kebenarannya kepada Blinken.
Namun Menlu AS itu mengaku tidak tahu, dan mengatakan saat ini sedang meninjaunya
"Saya tidak tahu karena kami sedang meninjaunya," kata Blinken.
Baca Juga: Ramal Nasib Nagita Slavina, Indigo Beri Pesan Penting Buat Masa Depan Sang Artis Sebagai Istri
Pentagon juga mengatakan sedang menilai korban sipil dari serangan itu, tetapi bersikeras bahwa itu bisa saja bentuk plot dari ISIS-K.
Pentagon menilai ISIS-K bisa saja menggunakan warga sipil sebagai tameng mereka.
Blinken mengatakan hal tersebut tanpa mengurangi rasa hormatnya terhadap warga sipil Afghanistan.
Blinken menanggapi Senator Rand Paul, seorang Republikan yang telah lama mendorong untuk mengakhiri perang di Afghanistan dan yang menuntut pertanggungjawaban atas serangan itu.
"Saya melihat foto anak-anak cantik yang tewas dalam serangan itu," kata Paul.
"Jika itu benar dan bukan propaganda, coba tebak, mungkin Anda telah menciptakan ratusan atau ribuan calon teroris baru dengan mengebom orang yang salah," tambahnya.
Baca Juga: Hasil Inter Milan vs Real Madrid: Gol Telat Tim Tamu Benamkan Nerazzurri di San Siro
Lebih dari 71.000 warga sipil Afghanistan dan Pakistan telah tewas akibat perang yang dilakukan oleh Amerika Serikat setelah serangan 11 September 2001. ***