Presiden Macron Sebut Islam dalam Krisis, Inilah Komentar Akademisi Prancis

- 4 Oktober 2020, 04:37 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron /Instagram.com/@emmanuelmacron
Presiden Prancis Emmanuel Macron /Instagram.com/@emmanuelmacron /

Lingkar Madiun - Emmanuel Macron selaku Presiden Prancis, menyatakan telah mengumumkan rencananya untuk membela nilai-nilai sekuler Prancis terhadap apa yang disebutnya sebagai 'radikalisme Islam'.

Macron juga mengatakan 'Islam dalam krisis' di seluruh dunia. Sehingga banyak aktivis Muslim yang memberikan reaksi mereka.

Dalam pidatonya pada Jumat, 2 Oktober 2020 kemarin, Macron menegaskan bahwa 'tidak akan ada konsesi' yang dibuat dalam upaya baru untuk mendorong agama keluar dari pendidikan dan sektor publik di Prancis.

Baca Juga: Trending di Twitter, #TrumpHasCovid Hebohkan Jagat Maya

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Aljazeera, Macron menyampaikan bahwa krisis Islam tidak hanya ada di Prancis, melainkan di seluruh dunia.

"Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini, kami tidak hanya melihat ini di negara kami," katanya.

Dirinya mengumumkan bahwa Pemerintah Prancis akan mengajukan Rancangan Undang-undang (RUU) pada bulan Desember 2020 untuk memperkuat UU tahun 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.

Baca Juga: Mengerikan, Akibat Islamofobia Wanita Hamil Muslim Diinjak dan Dipukul

Upaya Macron tersebut ditujukan untuk mengatasi masalah tumbuhnya 'radikalisasi' di Prancis dan meningkatkan potensi publik untuk hidup secara bersamaan.

"Sekularisme adalah semen dari persatuan Prancis," tegas Macron.

Namun dirinya menambahkan bahwa tidak ada gunanya menstigmatisasi semua muslim yang beriman.

Baca Juga: Sangat Keji, Pemuda Nganjuk ini Tega Perkosa Tiga Gadis Sekaligus

Macron juga telah mengizinkan orang untuk menganut agama apa pun yang mereka pilih dalam undang-undangnya. Tetapi tampilan luar dari afiliasi keagamaan akan dilarang di sekolah dan layanan publik.

Seorang aktivis Muslim di Prancis, Yasser Louati memberikan kecaman atas pernyataan yang dikeluarkan oleh Macron tersebut.

"Represi Muslim telah menjadi ancaman, sekarang itu adalah janji. Dalam pidato satu jam Macron ia menguatkan sayap kanan dan kiri anti-Muslim serta mengancam kehidupan siswa Muslim dengan menyerukan pembatasan drastis pada home schooling meskipun pandemi global," ujar Yasser.

Baca Juga: Menghebohkan, Inilah Member BLACKPINK Yang Akan Menikah Duluan

Seorang akademisi Prancis, Rim-Sarah Alaoune juga menyampaikan komentarnya terkait pidato Macron.

"Presiden Macron menggambarkan Islam sebagai 'agama yang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini'. Saya bahkan tidak tahu harus berkata apa," tutur Alaoune.

Alaoune menganggap bahwa pidato Macron tersebut sangat tidak masuk akal.

Baca Juga: Menghebohkan, Ditemukan Larva Cacing Pita Di Otak Seorang Wanita

"Pernyataan ini sangat bodoh sehingga tidak memerlukan analisis lebih lanjut. Saya tidak akan menyembunyikan perasaan khawatir saya. Ia tidak sebutkan supremasi kulit putih meskipun kita adalah negara yang mengekspor teori rasis dan supremasi kulit putih yang digunakan oleh teroris pada pembantaian mengerikan di Christchurch," tuturnya.

Macron juga mengklaim ia sedang berusaha untuk 'membebaskan' Islam di Prancis dari pengaruh asing dengan meningkatkan pengawasan pembiayaan masjid.

Tak hanya itu, Macron akan memberikan pengawasan lebih dekat terhadap sekolah dan asosiasi yang secara eksklusif melayani komunitas agama.

Baca Juga: Siapakah Loren? Sosok Yang Disorot Dalam Lovesick Girls BLACKPINK

Hal ini membuat Prancis lagi-lagi mengevaluasi hubungannya dengan para minoritas kaum Muslim di negara tersebut.

Pada bulan lalu saja, seorang anggota parlemen Prancis dari partai Macron La Republique En Marche melakukan pemogokan atas kehadiran seorang pemimpin serikat mahasiswa berjilbab di sebuah penyelidikan parlemen.

Editor: Aisyah Rahmatul Fajrin

Sumber: Pikiran Rakyat Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah