Keluarga Pelaku Teror Gereja Prancis Ungkap Kepribadian Pelaku

- 1 November 2020, 20:48 WIB
ilustrasi menangis/pexels
ilustrasi menangis/pexels /

LINGKAR MADIUN - Baru-baru ini, publik sempat heboh atas kejadian teror di gereja Prancis yang menyebabkan 3 orang terbunuh. 

Polisi setempat pun berhasil melumpuhkan pelaku aksi teror di Gereja Notre-Dame Kota Nice, Prancis. Brahim Aouissaoui (21) membunuh tiga orang yakni, satu pria yang bekerja di Gereja dan dua orang wanita. 

Ia berhasil ditangkap dengan luka yang cukup parah dan tengah dirawat di rumah sakit. Dikutip Pikiran-Rakyat.com dalam artikel "Menangis, Ibu Pelaku Teror di Gereja Prancis Syok saat Tahu Anaknya Sudah Merenggut 3 Nyawa" dan dari laman Reuters, Gamra selaku ibu dari Brahim mengaku sedih dan terkejut mendengar kabar anaknya melakukan aksi teror di Prancis.

Dilansir dari Reuters, sang ibu mengatakan anaknya sempat melakukan panggilan video ke keluarganya di Tunisia pada Kamis pagi, 29 Oktober 2020.

Baca Juga: Bansos 2021 Tak Semasif 2020, Fokus Pemerintah Pulihkan Ekonomi dan Vaksinasi

Brahim memberitahu keluarganya bahwa ia baru saja tiba di Nice dan menemukan tempat untuk tidur di tangga dekat sebuah gereja.

Tak lama setelah itu, Kepolisian Prancis percaya bahwa Brahim masuk ke dalam gereja dan membunuh tiga orang, dan memenggal salah satu dari mereka.

Kakak Brahim bernama Yassin menjelaskan, saat tiba di Nice adiknya berniat untuk mencari orang Tunisia lain agar bisa mendapatkan tempat tinggal atau pekerjaan.

"Dia bilang dia baru saja tiba dan dia tidak mengenal siapa pun di sana, dia bilang dia akan meninggalkan gedung di pagi hari dan mencari orang Tunisia untuk diajak bicara dan melihat apakah dia bisa tinggal bersama mereka atau mencari pekerjaan," ujar Yassin.

Baca Juga: Perdana Menteri Kanada Tegaskan Menentang Presiden Prancis Emmanuel Macron

Diketahui Brahim pernah ditangkap karena penganiayaan menggunakan senjata tajam empat tahun lalu saat masih remaja.

Saat ditemui di kediaman keluarganya di Kota Thina, Tunisia, sang ibu menangis mengetahui Brahim menjadi tersangka aksi teror di Prancis.

Gamra mengaku bahwa seluruh keluarga tidak mendengar kabar Brahim sejak September 2020 lalu saat dia memutuskan berlayar ke Lampedusa, Italia sebuah tempat kedatangan para imigran Eropa.

"Saya ingin bekerja seperti orang lain dan menikah, membeli rumah dan mobil sama seperti siapa pun," ungkap Yassin, mengatakan keinginan sang adik.

Baca Juga: Mengenal Bunga Anggrek Cymbidium, Simak Ulasannya Berikut Ini

Tetangganya berkata, Brahim menjual bensin untuk menghasilkan uang guna membayar penyelundup dan membawanya ke Eropa.

Lebih lanjut, keluarganya pun mengaku terkejut saat mendapatkan telepon dari Brahim bahwa dirinya sudah tiba di Prancis pada Rabu, 28 Oktober 2020 lalu.

"Kamu tidak berpendidikan. Kamu tidak tahu bahasanya. Kenapa kamu pergi ke sana?," kata ibunya, saat ditelepon.

Pada percakapan tersebut, Brahim pun kemudian menjawab "Ibu, doakan aku".

Baca Juga: Menjelang Pemilihan Presiden AS, Kelompok Hacker Rusia Ancam Demokrasi Amerika

Saudara perempuannya, Afef mengatakan bahwa Brahim dapat membaca dan menulis dalam bahasa Arab, namun dalam bentuk huruf latin dirinya tidak mampu.

Keluarga dan tetangganya mengklaim, Brahim tidak diketahui memiliki pandangan militan atau masuk ke dalam organisasi jihadis, bahkan ia pun jarang berada di Masjid.

Namun, kakaknya menjelaskan Brahim mulai sering berdoa di rumah sekitar dua tahun lalu, setelah sukses berhenti dari kecanduan alkohol dan obat-obatan.***(Sarah Nurul Fatia, Pikiran Rakyat)

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x