Menguak Sejarah Majapahit, Pemberontakan Jayakatwang dari Madiun Hingga Geger Jabatan

- 11 Desember 2020, 19:40 WIB
Menguak Sejarah Majapahit, Pemberontakan Jayakatwang dari Madiun Hingga Geger Jabatan
Menguak Sejarah Majapahit, Pemberontakan Jayakatwang dari Madiun Hingga Geger Jabatan /Reinhold Silbermann/

LINGKAR MADIUN- Berdirinya kerajaan Majapahit tidak bisa dilepaskan dengan sejarah kerajaan Singosari.

Dimasa pemerintahan Kartanegara timbul pemberontakan Jayakatwang dari kerajaan Gelang-gelang (Madiun) yang mendapat hasutan dari Arya Wiraraja dan dukungan dari pasukan Jaran Goyang.

Akibat dari pemberontakan tersebut Kartanegara berhasil digulingkan dari tahta kekuasaannya. Pasca pemerintahan Kartanegara pada tahun 1292 Jayakatwang bangun menjadi raja di Daha.

Baca Juga: Terbongkar Mitos Larangan Pernikahan Orang Sunda dengan Orang Jawa Lewat Perang Bubat, Ini Kisahnya

Baca Juga: Rambutan, Si Bulat Merah Kaya Khasiat, Berikut Tips Cara Pengobatannya

Semasa menjadi raja, Jayakatwang diserang pasukan tentara gabungan Raden Wijaya dan Mongolia yang semula menyerang Kartanegara, namun kemudian menjadi dimanfaatkan oleh Raden Wijaya menantu Kartanegara yang bermaksud membalas dendam terhadap Jayakatwang karena telah membunuh ayah mertuanya.

Disamping itu muncul dugaan jika Raden Wijaya berambisi untuk menjadi raja di tanah Jawa tanpa pesaing.

Benar dugaan, setelah pemerintahan Jayakatwang dan diusirnya pasukan Tar-tar dari Jawa, Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit dan sekaligus menjadi raja yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana atau Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana pada tahun 1293.

Baca Juga: Terbongkar Mitos Larangan Pernikahan Orang Sunda dengan Orang Jawa Lewat Perang Bubat, Ini Kisahnya

Baca Juga: Rambutan, Si Bulat Merah Kaya Khasiat, Berikut Tips Cara Pengobatannya

Pada awal menjabat sebagai raja, Raden Wijaya mengangkat pejabat-pejabat negara kepada pengikut-pengikutnya yang semula membantu perjuangannya sejak penggulingan pemerintahan Jayakatwang hingga pengusiran pasukan Tar-tar dari Jawa.

Tercatat dalam sejarah bahwa pengikut Raden Wijaya yang diangkat sebagai pejabat negara Majapahit antara lain Nambi sebagai rakryan Mahapatih, Lembu Sora sebagai Patih Daha, Arya Wiraraja sebagai pesangguhan, Ranggalawe sebagai pasangguhan dan sebagai bupati Tuban

Bermula dari pengangkatan pejabat negara tersebut, timbulah protes dari Ranggalawe kepada Raden Wijaya yang mengangkat Nambi sebagai Mahapatih dan bukan Lembu Sora. Hal tersebut dikarenakan pengabdian dari Lembu Sora lebih besar ketimbang Nambi.

Baca Juga: Terbongkar Mitos Larangan Pernikahan Orang Sunda dengan Orang Jawa Lewat Perang Bubat, Ini Kisahnya

Baca Juga: Rambutan, Si Bulat Merah Kaya Khasiat, Berikut Tips Cara Pengobatannya

Namun, Lembu Sora ternyata lebih berkenan untuk menjadi Patih Daha daripada menjadi rakryan Mahapatih. Karena hal tersebut munculah persepsi bahwa Lembu Sora merupak seseorang yang patuh pada kebijakan raja.

Akibat protes yang tidak dikabulkan oleh Raden Wijaya, Ranggalawe pun pulang ke Tuban.

Pada saat itulah Mahapatih Halayuda membuat laporan palsu kepada Raden Wijaya, laporan tersebut menyatakan bahwa Ranggalawe akan melakukan pemberontakan kepada Majapahit.

Baca Juga: Terbongkar Mitos Larangan Pernikahan Orang Sunda dengan Orang Jawa Lewat Perang Bubat, Ini Kisahnya

Baca Juga: Rambutan, Si Bulat Merah Kaya Khasiat, Berikut Tips Cara Pengobatannya

Mendengar laporan dari Halayuda, Raden Wijaya memerintahkan Nambi, Lembu Sora, Mahisa Nabrang untuk menangkap Ranggalawe.

Perintah dari Raen Wijaya tersebut menimbulkan perang antara kerajaan Majapahit dengan Tuban di sungai Tambak Beras.

Baca Juga: Terbongkar Mitos Larangan Pernikahan Orang Sunda dengan Orang Jawa Lewat Perang Bubat, Ini Kisahnya

Baca Juga: Rambutan, Si Bulat Merah Kaya Khasiat, Berikut Tips Cara Pengobatannya

Dari perang tersebut Ranggalawe gugur ditangan Mahisa Nabrang, setelah berhasil membunuh Ranggalawe, Mahisa Nabrang pun dibunuh oleh Lembu Sora. Alasan Lembu Sora membunuh Mahisa Nabrang dikarenakan Ranggalawe masih keponakannya sendiri.

Terbunuhnya Ranggalawe mengakibatkan Arya Wiraraja menagih janji kepada Raden Wijaya atas pembagian wilayah Majapahit. Raden Wijaya pun memenuhi janjinya dan membagi wilayah Majapahit menjadi dua bagian yaitu Majapahit Barat yang dikuasai oleh Raden Wijaya dan Majapahit Timur dikuasai oleh Arya Wiraraja.

Peristiwa perang di sungai Tambak Beras mengakibatkan laporan dari Halayuda perihal sang pembunuh dari Mahisa Nabrang tersebut akan dihukum buang.

Baca Juga: Terbongkar Mitos Larangan Pernikahan Orang Sunda dengan Orang Jawa Lewat Perang Bubat, Ini Kisahnya

Baca Juga: Rambutan, Si Bulat Merah Kaya Khasiat, Berikut Tips Cara Pengobatannya

Namun sebelum hukuman tersebut terlaksana, Lembu Sora telah dibunuh oleh pasukan pengawal raja di halaman istana ketika hendak menghadap Raden Wijaya.

Setelah pemerintahan dari Raden Wiyaja, sebagai pengganti raja Majapahit selanjutnya yaitu Jayanegara yang merupakan putra dari Raden Wijaya sendiri.

Selama pemerintahan dari Jayanegara yaitu pada tahun 1309-1328 kerajaan Majapahit diwarnai oleh pemberontakan yang dilakukan oleh beberapa pejabat negara.***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Sumber: Buku Hitam Putih Majapahit Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah