Selametan dan Makna Simbolik dalam Budaya Jawa

- 11 September 2021, 20:30 WIB
Ilustrasi Selametan doa.
Ilustrasi Selametan doa. /ANTARA

LINGKAR MADIUN - Masyarakat Jawa, sebagai komunitas yang dalam ukuran tertentu telah terislamkan. Namum dalam praktiknya, pola-pola keberagamaan mereka tidak jauh dari pengaruh unsur keyakinan dan kepercayaan pra-Islam, yakni keyakinan animisme-dinamisme dan Hindu-Budha yang jauh sebelum kedatangan Islam menjadi anutan masyarakat secara mayoritas.

Di antara sekian banyak budaya pra-Islam yang masih melekat dan bisa disaksikan dalam kehidupan keberagamaan masyarakat.

Seperti pemujaan terhadap ruh nenek moyang (first founding ancestors). Pendewaan atau pemitosan terhadap ruh nenek moyang ini melahirkan pemujaan tertentu kepada nenek moyang yang mendorong munculnya pola-pola relasi hukum adat dengan unsur-unsur keagamaan.

Baca Juga: Ledakan Bondet ‘Bom Ikan’ di Gondangwetan Pasuruan: 2 Nyawa Melayang 4 Rumah Hancur ! Begini Kronologinya

Baca Juga: Sayuran Ini Tidak Boleh Dimakan Mentah, CDC Memperingatkan Jika Tidak Dimasak Benar-benar Berbahaya!

Salah satu adat istiadat, sebagai ritual keagamaan yang paling populer di dalam masyarakat Islam Jawa adalah slametan, yaitu upacara ritual komunal yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Islam Jawa yang dilaksanakan untuk peristiwa penting dalam kehidupan seseorang.

Peristiwa penting tersebut seperti kelahiran, kematian, pernikahan, membangun rumah, permulaan membajak sawah atau pasca panen, sunatan, perayaan hari besar,dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa yang dihiasi dengan tradisi slametan.

Secara umum, tujuan slametan adalah untuk menciptakan keadaan sejahtera, aman, dan bebas dari gangguan makhluk yang nyata atau kasar dan juga makhluk halus (suatu keadaan yang disebut slamet).

Baca Juga: Ledakan Bondet ‘Bom Ikan’ di Gondangwetan Pasuruan: 2 Nyawa Melayang 4 Rumah Hancur ! Begini Kronologinya

Halaman:

Editor: Khoirul Ma’ruf


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah