Segera Hindari Banyak Rebahan, Peneliti Ungkap Bahaya Fatalnya Hingga Mati Otak

3 Agustus 2021, 09:09 WIB
Ilustrasi rebahan /pixabay.com/

LINGKAR MADIUN – Anda hobi rebahan? Sebagian besar orang di zaman modern memang sangat hobi bersantai sambil bermain ponsel, menonton serial favorit, atau memakan camilan yang kemudian populer dengan istilah rebahan.

Rebahan memang memberikan kenyamanan, karena manusia merasa secure dengan sekelilingnya.

Dalam keseharian pun, manusia mencari keamanan atau security terhadap semua hal yang dilakukannya, entah itu dalam pekerjaan (kehidupan profesional) atau kehidupan pribadi.

Baca Juga: Ibu Hamil Boleh Vaksin, Simak Edaran Kemenkes Terkait Vaksin COVID-19 Berikut Ini

Apakah itu buruk? Tentu saja tidak. Memiliki kehidupan yang secure dalam zona nyaman dapat mengurangi gejala kecemasan dan depresi.

Tapi, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, bahkan untuk sesuatu yang bersifat positif sekalipun.

Penelitian yang digagas oleh Dr. Lisa Feldman Barrett, seorang professor psikologi di Northeastern University, Boston, Massachusetts, AS mengungkapkan sesuatu yang mencengangkan terkait dengan aktivitas otak.

Baca Juga: Mineral Penting untuk Tingkatkan Imun, Berikut Manfaat dan Sumber Makanan Mengandung Zink

Dia meneliti orang lanjut usia (di atas 80 tahun) yang masih memiliki kemampuan otak selayaknya orang berusia 25 tahun, dalam hal memori, kemampuan analisis, dan konsentrasi.

Penelitian itu mengungkapkan bahwa ada bagian dari otak yang sangat aktif di para lansia yang masih memiliki ingatan tajam itu.

Bagian otak yang bertugas mengatur kematangan emosi dan kepekaan perasaan ternyata yang paling aktif.

Baca Juga: 7 Cara Tersembunyi Menilai Kepribadian Asli Seseorang, Salah Satunya dengan Berdebat

Hasil ini ternyata berlawanan dengan anggapan ilmiah bahwa manusia harus mengaktifkan bagian otak pengatur logika dan kemampuan kognitif agar tetap tajam.

Barrett mengungkapkan bahwa adanya tugas berat, baik mental ataupun psikis, dapat menajamkan bagian otak pengatur emosi tersebut.

Menyelesaikan pekerjaan, bersosialisasi dengan orang yang beragam, membaca buku dan berita, menghitung, berolahraga, adalah contoh kebiasaan sehari-hari yang menempatkan diri Anda dalam posisi ‘siaga’.

Baca Juga: Resep Praktis Golden Milk untuk Perkuat Sistem Imun Tangkal Virus dan Penyakit

Dalam keadaan tertentu, Anda akan mengalami keletihan dan perasaan tidak nyaman.

Tapi percaya atau tidak, otak manusia memang dirancang dalam mode survival semacam itu.

Barrett menekankan mode survival yang dimaksudkan dalam penelitiannya adalah yang melibatkan momen emosional.

Baca Juga: Jangan Minum Soda dan Jus Lemon Sebelum Rapid Test COVID-19, Ini Alasannya

“Jika Anda membuat otak dalam keadaan autopilot terlalu panjang, maka ketajaman otak akan berkurang karena sel-sel syaraf akan mati. Setiap hari, otak menantang Anda untuk melakukan sesuatu,” tutur Barrett seperti dilansir Lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com dari Brain World Magazine.

Melakukan sesuatu yang menantang adrenalin juga akan mengaktifkan sel-sel otak Anda. Selain itu, otak akan banyak mengaktifkan kematangan emosional seseorang.

Barrett menambahkan, jika seseorang tidak mau meninggalkan Zona Nyaman untuk ‘bertarung’, itu merupakan sebuah penghinaan bagi otak Anda yang memang dirancang untuk menghadapi tantangan.

Baca Juga: Mengejutkan, Apoteker Prancis Ungkap Konsumsi Arang Aktif Mampu Menurunkan Kolesterol Hingga Penyakit Kronis

“Sel-sel otak yang tidak terbiasa mendapatkan sesuatu yang menantang akan mati perlahan dan meningkatkan risiko demensia saat Anda mencapai usia tertentu,” pungkas Barrett.***

Editor: Yoga Adi Surya

Sumber: Brain World Magazine

Tags

Terkini

Terpopuler