Mengenal Delirium, Salah Satu Gejala Baru Covid-19 yang Mengganggu Sistem Saraf

- 28 Desember 2020, 14:09 WIB
Ilustrasi kehilangan fokus akibat delirium.
Ilustrasi kehilangan fokus akibat delirium. /Pexels/Andrea Piacquadio/Pexels

LINGKAR MADIUN - Selama ini kita sering mendengar gejala- gejala yang ditunjukkan dari penyakit covid-19 , seperti demam tinggi,  batuk,  dan gangguan pernafasan dimana setiap pasien belum tentu memiliki keluhan yang sama. Namun baru-baru ini rupanya gejala covid-19 tersebut juga semakin bertambah, salah satunya Delirium.

Dilansir dari situs resmi UGM, Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM), dr. Fajar Maskuri, Sp.S., M.Sc., menerangkan Delirium adalah sejenis gangguan sistem syaraf pusat yang mengganggu kemampuan kognifif seseorang dan menyebabkan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan.

“Kondisi ini terjadi akibat disfungsi otak pada beberapa pasien Covid-19,”tuturnya.

Baca Juga: Liburan Akhir Tahun di Bromo, Kuota Dibatasi 30 Persen Wajib Membawa Hasil Rapid Tes Antigen

Adapun gejala Delirium di antaranya mengalami kebingungan,disorientasi, bicara mengigau, sulit konsentrasi/kurang fokus, gelisah, serta halusinasi.Menurut Fajar gejala-gejala Delirium ini disebabkan oleh beberapa faktor.

“Gejala ini bisa muncul karena beberapa faktor, misalnya pertama karena kurangnya oksigen dalam tubuh atau hipoksia. Berikutnya, adanya penyakit sistemik dan inflamasi sistemik, gangguan sistem pembekuan darah yang terlalu aktif (koagulopati), dan infeksi virus Covid-19 langsung ke saraf. Lalu, mekanisme autoimun pasca infeksi dan endoteliitis turut berpengaruh terhadap munculnya delirium pada pasien,”jelas Fajar.

Baca Juga: 10 Tanaman Hias Pembawa Hoki Rumah, Mulai Bunga Matahari - Pandan Wangi

Fajar menuturkan Delirium banyak dijumpai pada pasien Covid-19 kategori lansia, yakni pada usia 65 tahun ke atas.

“Delirium pada lansia terjadi akibat gangguan kognitif yang bersifat fluktuatif seperti yang terjadi pada ensefalopati uremikum serta gangguan kognitif yang bersifat terus-menerus seperti pada demensia,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: Yeha Regina Citra Mahardika

Sumber: Situs Resmi UGM


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x