Network
LINGKAR MADIUN – Era digital memungkinkan siapapun untuk pamer di media sosial. Adanya banyak platform dengan segala bentuk proses editing dan filter memungkinkan siapapun dapat memamerkan sesuatu.
Tidak semua hal yang berkaitan dengan media sosial itu buruk. Lain halnya dengan kepentingan marketing atau meningkatkan kesadaran publik atas isu-isu hangat.
Baca Juga: Segera Hapus Akun Media Sosial Anda Jika Mengalami 7 Tanda Ini
Tapi banyak juga yang menjadikan media sosial sebagai sarana pamer yang membuat banyak orang mengembangkan sisi narsistik dalam diri mereka.
Dilansir LINGKAR MADIUN dari Science Focus, apa sebenarnya narsisme itu, dan apakah itu pada dasarnya buruk? Pada Mei 2021, akademisi Ohio State University Sophie Kjærvik dan Brad Bushman menerbitkan rangkuman dari 437 studi tentang narsisme yang bersama-sama mencakup 123.043 peserta.
Baca Juga: Sering Merasa Cemas? Hati-hati Idap Gangguan Mental Akibat Media Sosial, Kenali 11 Jenisnya
Mereka menjelaskan ‘Orang dengan tingkat narsisme yang tinggi berpikir bahwa mereka adalah orang-orang spesial yang pantas mendapatkan perlakuan khusus. Mereka memiliki perasaan yang dibesar-besarkan dan dibesar-besarkan tentang kepentingan mereka sendiri‘.
Ada lebih dari satu jenis narsisme. Seperti yang dijelaskan Kjærvik dan Bushman, “Individu yang tinggi dalam narsisme tingkat tinggi cenderung memiliki tingkat harga diri yang tinggi… kepercayaan diri, pemaksaan, pencarian perhatian, hak, eksibisionisme, pemanjaan diri, dan tidak menghargai kebutuhan orang lain,” tulisnya.
Baca Juga: 3 Bahaya Media Sosial Bagi Kesehatan Mental Para Remaja, Orang Tua Wajib Tahu
