Psikolog Angkat Bicara Terkait Kasus Dugaan Perundungan dan Pelecehan Seksual di KPI, Simak Begini Ulasannya!

2 September 2021, 13:00 WIB
Ilustrasi perundungan. Psikolog Angkat Bicara Terkait Kasus Dugaan Perundungan dan Pelecehan Seksual di KPI, Bikin Geram dan Marah! /Gerd Altmann/Pixabay

 

LINGKAR MADIUN – Pada 1 September 2021 kemarin, beredar kabar seorang pegawai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat yang mengaku menjadi korban pelecehan seksual.

Informasi tersebut ramai diperbincangkan oleh berbagai kalangan ditambah lagi karena korban berjenis kelamin pria.

Korban berinisial MS mengaku telah mengalami pelecehan dan perundungan sejak 2011 oleh sesama teman di tempat kerja. Bukan hanya satu orang namun perundungan dilakukan beramai-ramai.

Baca Juga: Terduga Korban Pelecehan Seksual Pegawai KPI Mengaku Sempat DM Hotman Paris Hingga Deddy Corbuzier

Tak ayal jika hal itu memberikan guncangan yang hebat bagi kondisi mental MS hingga mempengaruhi kondisi fisiknya. MS sempat beberapa kali jatuh sakit akibat stress dan frustasi.

Bukan hanya itu, usaha MS untuk mendapat perlindungan dari beberapa pihak baik dari atasan di kantor KPI hingga Kepolisian tidak membuatnya bebas dari perundungan.

Hal ini memicu salah seorang Psikolog sekaligus Dosen, Lita Widyo Hastuti menyampaikan pendapatnya.

Baca Juga: KPI Selidiki Dugaan Bullying dan Pelecehan Seksual Pegawainya, Korban Mengaku Derita Tekanan Mental

Menurutnya kalau benar kasus ini terjadi maka menjadi peringatan besar sekaligus memalukan bagi KPI.

“Jika selama ini ada tamparan-tamparan ‘kecil’ dari publik, maka kali ini adalah tamparan besar yang serius dan memalukan bagi @KPI_Pusat, Sunggu paradoks” cuit Lita sebagaimana dikutip tim Lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com melalui Twitter akun @WidyoLita pada 1 September 2021.

Lita merasa geram dan marah setelah membaca rilis pers yang diterbitkan MS, karena perundungan tersebut dinilai berlebihan hingga menghancurkan jiwa MS.

Baca Juga: Taliban Rayakan Kemenangan di Afghanistan Menggunakan Helikopter Peninggalan Amerika Serikat 

“Saya menahan diri dari rasa marah saat membaca kejadian sepanjang 10 tahun yg menghancurkan jiwa korban. Semoga ia bisa melalui masa sulit dengan kuat,” lanjut Lita.

Pada cuitan yang lain, Lita juga mengekspresikan kemarahannya dengan sedikit mengumpat dan berharap agar kasus MS benar-benar ditindak lanjuti.

“Ingin berkata kotor. Sambil berharap esok hari ada investigasi yang kritis agar melegakan semua pihak,” kata Lita.

Baca Juga: Ternyata 5 Bahan Ini Berbahaya Untuk Kesehatan Tubuh Hingga Meningkatkan Risiko Diabetes Sebesar 17% 

Menurut Lita jika sebuah lembaga ingin sehat kinerjanya seharusnya dimulai dari kesehatan integritas pribadi setiap karyawan.

Karena pada akhirnya kualitas kerja suatu lembaga sedikit banyak dipengaruhi oleh mentalitas sumber daya manusia di dalamnya.

Lita juga menuturkan jika di masyarakat yang masih bias gender sebenarnya bukan hanya perempuan namun laki-laki juga bisa dirugikan.

Baca Juga: Berikut 5 Pengakuan Desta ke Deddy Corbuzier, Percaya Zodiak Hingga Hampir Dipenjara 

Masyarakat cenderung memegang konsep dikotomi gender yang seringkali menganggap posisi perempuan lebih lemah di berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya.

Sehingga ketika seorang pria melaporkan telah menjadi korban pelecehan seksual hingga perundungan maka sulit diterima dan didengar.

“Pada kasus MS, suaranya tak didengar karena orang-orang sekitarnya pegang konsep dikotomis gender,” kata Lita.

Baca Juga: Hoaks Jadi Salah Satu ‘Musuh‘ Indonesia, Kominfo Imbaukan Hal Ini Untuk Lawan Hoaks Seputar Pandemi 

Lita bertutur jika sebenarnya baik laki-laki maupun perempuan hanyalah suatu perbedaan fisik, diluar itu yang lebih membedakan setiap individu adalah relasi yang dinamis antara aspek psikologis dan sosial seseorang.

“Padahal laki-laki maupun perempuan hanyalah struktur dan fungsi fisik, selebihnya manusia ada di kubangan psikososial yang kompleks,” cuit Lita.

Jadi meskipun MS seorang laki-laki dan mendapat perlakuan amoral hingga mengganggu kondisi mentalnya, sudah seharusnya tetap didengar dan ditindak lanjuti bukan terkesan mengabaikannya.***

 
Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Tags

Terkini

Terpopuler