Kisah Bung Karno yang Berani Menantang Maut, Melawan Para Tentara yang Menyerangnya

9 November 2021, 20:40 WIB
Sukarno saat berpidato pada rapat raksasa di Solo. / Instagram @presidensukarno

LINGKAR MADIUN - Bung Karno adalah tokoh bangsa yang dikenal tegas dalam menangani berbagai macam urusan kenegaraan.

Urusan kenegaraan tersebut seperti urusan dengan partai politik, ekonomi, hingga urusan yang berhubungan dengan para tentara.

Pada 17 Oktober 1952 silama, terjadi peristiwa yang cukup mengejutan di mana para tentara mengarahkan senjatanya ke Istana Negara.

Baca Juga: Jangan Memendam Masalah Jika Umurmu Ingin Panjang! Inilah Pentingnya Curhat Bagi Kesehatan Tubuh 

Dilansir lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com dari Herbert Feith, dijelaskan bahwa peristiwa tersebut terjadi karena militer membuat sebuah tuntutan kepada Bung Karno.

Kepala Staf Abdul Haris Nasution dan Panglima Angkatan Bersenjata Tahi Bonar Simatupang mengepung Istana Merdeka menuntut Bung Sukarno untuk membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara.

Tuntutan bisa terjadi karena ketegangan terkait potensi reorganisasi tentara untuk menghemat anggaran.

Baca Juga: Heboh Jin Qorin Vanessa Angel, Apakah Benar-benar Ada? Simak Penjelasan Berikut Ini 

Para tentara merasa jasa-jasa mereka dalam kemerdekaan tidak dihargai negara apabila reorganisasi dilakukan.

Komando tinggi Angkatan Darat Indonesia berselisih dengan parlemen dalam apa yang dilihatnya sebagai campur tangan sipil yang berlebihan dalam urusan militer.

Setelah pemecatan seorang perwira pro-pemerintah pada Juli 1952, parlemen mulai menuntut restrukturisasi kepemimpinan angkatan bersenjata yang signifikan.

Baca Juga: Jenderal Andalan Inggris Tewas di Tangan Pejuang Indonesia pada Pertempuran 10 November, Ini Kronologinya 

Setelah itu, tepatnya tiga bulan usai perselisihan, ketegangan memuncak dalam ribuan demonstran yang dimobilisasi oleh tentara di Jakarta.

Bung Karno berhasil meredam para demonstran dan meyakinkan para perwira tentara, tetapi menolak untuk mengakui tuntutan apa pun.

Bung Karno menegaskan bahwa semua jasa-jasa para tentara akan dihargai oleh negara, tanpa berkurang sepeser pun nilainya.

Baca Juga: Peringatan! Golongan Darah O, Sebaiknya Hindari Makan Ini, Jika Tidak Sebabkan Alergi Kronis Menahun 

Segera setelah insiden itu, sebagian besar komando tinggi Angkatan Darat diganti, termasuk Nasution dan Simatupang. ***

Editor: Dwiyan Setya Nugraha

Tags

Terkini

Terpopuler