Komando tinggi Angkatan Darat Indonesia berselisih dengan parlemen dalam apa yang dilihatnya sebagai campur tangan sipil yang berlebihan dalam urusan militer.
Setelah pemecatan seorang perwira pro-pemerintah pada Juli 1952, parlemen mulai menuntut restrukturisasi kepemimpinan angkatan bersenjata yang signifikan.
Setelah itu, tepatnya tiga bulan usai perselisihan, ketegangan memuncak dalam ribuan demonstran yang dimobilisasi oleh tentara di Jakarta.
Bung Karno berhasil meredam para demonstran dan meyakinkan para perwira tentara, tetapi menolak untuk mengakui tuntutan apa pun.
Bung Karno menegaskan bahwa semua jasa-jasa para tentara akan dihargai oleh negara, tanpa berkurang sepeser pun nilainya.
Baca Juga: Peringatan! Golongan Darah O, Sebaiknya Hindari Makan Ini, Jika Tidak Sebabkan Alergi Kronis Menahun
Segera setelah insiden itu, sebagian besar komando tinggi Angkatan Darat diganti, termasuk Nasution dan Simatupang. ***